Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melihat Sisi Lain Konferensi Asia Afrika 1955

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955 di Kota Bandung, merupakan event internasional pertama. Namun, selain diikuti banyak tokoh dunia, penyelenggaraan KAA ini juga memberikan kesan mendalam bagi semua delegasi yang datang.

Dunia melihat penyelenggaraan KAA ini sukses, dan berhasil memberikan warna berbeda bagi perjuangan dunia terkait kebebasan bernegara. Media massa cetak dan elektronik memberitakan KAA ke seluruh penjuru dunia, tentang pernyataan tokoh dunia yang membakar perjuangan negara-negara di Asia dan Afrika.

Namun tahukah Anda, panitia penyelenggara KAA juga berhasil memberikan kesan bagus kepada para delegasi, karena kesigapannya dalam menyajikan makanan. Meski yang dihidangkan adalah makanan Indonesia, bahkan makanan tradisional Bandung, namun hal itu tidak menjadi masalah bagi para delegasi.

Salah satu hotel tertua di Bandung yang menjadi saksi sejarah KAA pada 1955 yaitu Hotel Savoy Homann. Dinamakan seperti ini karena pemiliknya bernama Mister Homann, warga negara Jerman. Sejak didirikan oleh Adolf Homann pada 1871, Hotel ini terus tumbuh.

Hotel Savoy Homann yang menjadi hotel tertua dan legendaris Kota Bandung tetap mempertahankan eksistensinya dan mampu bersaing dengan hotel-hotel lainnya.

Menjadi hotel terbesar di Asia Tenggara waktu itu, hotel tersebut menjadi tempat menginap para delegasi dan pemimpin negara peserta KAA. Kamar bernomor 244 menjadi kamar pilihan keluarga Presiden pertama Indonesia, Bung Karno. Sedangkan Perdana Menteri RRC Zhou Enlai menempati kamar 344 di lantai 3. Delegasi dari India, Jawaharlal Nehru di kamar 144.

Fasilitas hotel yang mewah, dengan makanan yang enak, menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan maupun delegasi KAA yang menginap di Hotel tersebut. Di hotel ini terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti Memorabilia, Golden Book, furniture dan yang menarik yaitu peralatan makanan yang sampai saat ini masih terpampang mewah, sama seperti dulu.

Sendok, garpu maupun piring yang mengkilap itu terkesan mewah, hanya bisa digunakan tamu VIP ketika KAA pada 1955 berlangsung. Kemewahannya masih terlihat hingga saat ini.

PR Bidakara Grand Savoy Homann, Revinna Tova Nugraha mengungkapkan, peralatan makanan yang dulu digunakan ketika KAA itu terbuat dari stainless dan perak. Peralatan mewah tersebut digunakan hanya untuk para pejabat utama peserta KAA.

Menurutnya, dulu peralatan mewah tersebut sangat terbatas, sehingga dipersiapkan untuk tamu VIP saja.

"Jadi dulu itu peralatan ini dipersiapkan hanya untuk tamu dari delegasi maupun Ring 1 saja, seperti presiden, wakil presiden, atau perdana menteri," kata Revinna.

Revinna mengatakan, peralatan makanan yang mewah tersebut diproduksi sebelum KAA berlangsung atau sekitar awal 1950-an.

Peninggalan antik itu menjadi daya tarik tersendiri kepada para wisatawan yang menginap maupun berkunjung di sana. Untuk menjaga kualitas barang tersebut, manajemen hotel membersihkannya satu bulan sekali.

"Kita merawatnya satu bulan sekali, agar terlihat bersih dan pengunjung hotel pun bisa melihatnya dengan nyaman," kata Revinna. tgh/R-1

Asia Africa Carnival

Sejak 2009, Pemerintah mulai memperingati peristiwa KAA 1955 secara rutin tiap tahun dengan berbagai kegiatan. Tahun ini, Pemkot Bandung juga menggelar peringatan KAA sepanjang April. Puncaknya, akan ada Asia Africa Carnival (AAC) 2018 yang dilaksanakan pada 29 April 2018 di Jalan Asia Afrika.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, Aswin Sulaeman menuturkan, acara yang keempat kalinya dilaksanakan di Kota Bandung itu akan menghadirkan delegasi-delegasi dari negara tetangga. Secara keseluruhan, telah ada 74 peserta yang mendaftar sebagai peserta AAC 2018.

"Secara internasional kita mengundang 109 negara peserta KAA. Tapi tidak semua bisa mengirimkan delegasi karena kendala waktu. Tapi kalau dari kota-kota se-Indonesia dan dari Bandung sendiri Insya Allah banyak," tutur Aswin.

Ia mengungkapkan, karnaval yang menghadirkan berbagai wujud kreativitas itu dilaksanakan di rute sepanjang 3,1 km. Rutenya dari Savoy Homann (Jalan Asia Afrika) terus ke Banceuy, lalu ke Cikapundung, masuk ke Braga Pendek, lalu lewat ke jalan Hotel Preanger, terakhir masuk lagi ke Homann.

Selain AAC, masih banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Museum KAA. Kepala UPT Museum KAA, Meinarti Fauzie mengungkapkan, rangkaian peringatan KAA itu telah dimulai sejak Maret 2018. tgh/R-1

Nostalgia Sate Madrawi

Saat penyelenggaraan KAA 18-24 April 1955 di Kota Bandung, panitia menyajikan beragam kuliner untuk para pesertanya. Salah satunya, sate dan gule yang menjadi sajian utama untuk para tamu negara.

Di balik lezatnya sate dan gule tersebut ialah rumah makan Madrawi. Rumah makan pertama di Bandung yang menyajikan menu mewah pada zaman dulu. Pemilik pertama rumah makan Madrawi ialah Badjuri dan Madrawi.

Presiden pertama Soekarno, begitu menggemari masakan di rumah makan Madrawi seperti sate, soto, gulai dan rawon. Sejak menuntut ilmu di Technische Hoogeschool ITB, Soekarno sangat menggemari makanan yang disediakan oleh adik-kakak asal Madura tersebut. Hingga akhirnya Soekarno meminta rumah makan Madrawi untuk menyediakan santap siang para tamu KAA.

Saat ini, generasi kedua pemilik rumah makan Madrawi ialah Fadli Badjuri, keponakan Madrawi.

Saat ditemui di kediamannya, Fadli Badjuri tampak masih sehat dengan peci cokelat kesukaannya. Anak bungsu dari 3 bersaudara tersebut menceritakan awal mula menerima kepercayaan untuk mengelola rumah makan Madrawi.

"Dulu saya hanya meneruskan usaha bapak dan uwa saya. Yaitu usaha rumah makan Madrawi yang menyediakan hidangan sate. Lalu ada gule dan yang lainnya," ceritanya.

Tidak hanya Soekarno yang menyukai masakannya, seingat Fadli, yang saat itu menyantap makanan di rumah makan Madrawi yakni Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PM India Jawaharlal Nehru, PM U Nu, dan putra mahkota Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdulaziz.

"Saya ingat cukup banyak, tidak hanya pak Soekarno, bahkan rekan-rekannya juga sering makan di tempat saya. Ada hal yang lucu pada saat itu, PM India meminum air kobokan yang kami sediakan, beliau beranggapan itu air minum," katanya sambil tertawa kecil.

Selain itu, Fadli Badjuri memamerkan beberapa foto dirinya dan piagam yang ia terima dari negara. Khususnya beberapa sertifikat dari museum KAA yang memberikan penghargaan atas dedikasinya memberikan hidangan makanan kepada tamu dari negara-negara di Asia-Afrika.

Sayangnya, Rumah Makan Madrawi sekarang tinggal kenangan. Rumah makan yang berlokasi di Jalan Dalam Kaum tersebut sekarang sudah beralih fungsi menjadi pos jaga Satpol PP Kota Bandung. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top