Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Melalui Filantropi, Orang Kaya Tiongkok Berbagi dengan Sesama

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Perkembangan filantropi atau cinta kasih (kedermawanan) kepada sesama, mulai pesat di Tiongkok, saat ini. Dulu, sebuah organisasi nonpemerintah selalu ditekan dan dicurigai oleh Partai Komunis.

Akibatnya, filantropi menjadi lemah. Kini yang terjadi sebaliknya di negara yang banyak mencetak orang kaya itu.

Sekarang ini, orang kaya Tiongkok, seperti Jack Ma, secara terang-terangan berani mengumumkan ke publik akan menggelar acara amal yang ambisius.

Charles Chen Yidan sebagai pendiri Tencent Holdings, perusahaan internet terbesar di negara itu, bahkan telah mendirikan badan amal di tempat tinggalnya.

Dia memilih pensiun pada 2013, lalu mendedikasikan diri lebih banyak membantu pengembangan bidang pendidikan.

Sabtu lalu, dia mengumumkan akan memberikan penghargaan "Yidan 2018" , dengan hadiah senilai 60 juta dollar Hong Kong atau sekitar 7,6 juta dollar AS, di Hong Kong.

Hadiah itu diberikan pada seorang guru atau peneliti yang dianggap berhasil mengembangkan program pendidikan berkelanjutan.

Pemenangnya adalah Larry Hedges, seorang guru besar Northwestern University, yang mempelajari penggunaan statistik dalam kebijakan pendidikan, dan Anant Agarwal, pendiri platform pembelajaran online edX. Yidan punya alasan khusus mengapa tertarik menjadi filantropi di bidang pendidikan.

Semua itu berangkat dari pengalaman hidup keluarga ayahnya yang memprihatinkan. Ayahnya berasal dari desa. Orang tua Yidan itu adalah orang pertama dalam keluarga ayahnya yang kuliah di perguruan tinggi.

Neneknya yakin hanya pendidikanlah yang dapat mengubah kehidupan ayahnya kelak. Apa yang diyakini neneknya itu akhirnya terujud.

Pendidikan telah membawa perubahan pada keluarga ayahnya walaupun banyak tantangan yang dihadapi untuk bisa mengecap pendidikan tinggi di Tiongkok. Sekarang ini, kesempatan untuk kuliah jauh lebih mudah.

Bahkan negara memberikan Anda pekerjaan jika lulus dengan nilai yang bagus. Tetapi, sekolah dan kuliah bagi Yidan bukan sekadar mencari nilai tertinggi. Dunia pendidikan adalah sarana belajar menjalin hubungan dengan sesama.

Relasi itulah yang akan menunjang kehidupan Anda kelak. Ternyata benar, setelah lulus, dia mendirikan Tencent dengan teman-teman sekelasnya di sekolah menengah dan universitas dulu. Bahkan dia kenal dengan istrinya saat kuliah.

Yidan tidak menyangka pertumbuhan perusahaannya jauh melebihi harapan, apalagi setelah internet menjadi favorit di Tiongkok pada 2013.

Di saat Tencent Holdings sedang berjaya, yang terpikirkan oleh Yidan adalah bagaimana cara melompat dari "kendaraan" yang melaju cepat ini? Dia tidak ingin seluruh energinya sampai tua habis di perusahaan itu.

Di saat jaya-jayanya itulah, Yidan, dibantu oleh istrinya, membagi waktu mendedikasikan dirinya untuk keluarga, filantropi, dan pendidikan. Yidan yakin, filantropi akan berkembang pesat di Tiongkok.

Apalagi budaya tradisional negara itu sangat mendukung. Seorang pengusaha bernama Tan Kah Kee, adalah seorang penyumbang yang sangat terkenal di zamannya.

Filantropi itu bukan sekadar memberikan sumbangan, tapi lebih dari itu, yakni bagaimana Anda menggunakan sumber daya manusia dan pengalaman Anda bisa bermanfaat bagi orang lain. bloomberg/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top