Medsos Jadi Alat Perekrutan Kelompok Radikal
TANDATANGANI MoU l Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius (kiri) dan Menteri Dalam Negeri Mesir, Mayjen Mahmoud Tawfik menandatangani MoU Kerja Sama Penanggulangan Terorisme di Kantor Kemendagri Mesir, Kairo, (26/2). Turut hadir dalam acara tersebut Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzi dan Sekretaris Utama BNPT, Marsekal Muda Asep Adang Supriyadi.
KAIRO - Indonesia dan Mesir menyepakati adanya kerja sama penanggulangan ancaman terorisme. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahamanan (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Dalam Negeri Mesir dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Penandatangan MoU Kerja Sama Penanggulangan Terorisme tersebut dilakukan di Kantor Kemendagri Kairo, Mesir, (26/2). Kesepakatan tersebut langsung dilakukan Mendagri Mesir, Mayjen Mahmoud Tawfik dan Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius. Turut hadir dalam acara tersebut Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzi dan Sekretaris Utama BNPT, Marsekal Muda Asep Adang Supriyadi.
Suhardi menjelaskan saat ini kelompok radikal telah mengubah strategi perekrutan pendukung aksinya. Media sosial, tambah dia, digunakan untuk melakulan perekrutan, indoktrinasi, propaganda, dan transfer ideologi.
"Strategi ini merupakan alternatif yang mudah bagi kelompok radikal untuk menyebarkan pengaruh secara lintas batas," jelas pria berpangkat bintang tiga ini.
Suhardi menguraikan jaringan teroris radikal di Indonesia sangat dipengaruhi dinamika dan perkembangan jaringan teroris global, terutama dari kawasan Timur Tengah. Tidak mengherankan, jaringan teroris radikal di Indonesia ada yang bergabung dengan ISIS. Apalagi, pengaruh ISIS di kawasan Asia secara signifikan ada di tiga negara yaitu Indonesia, Filipina dan Malaysia.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya