Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Pelanggaran

Medsos Ancam Kebebasan Pers

Foto : FABRICE COFFRINI / AFP

PROPAGANDA BERBAHAYA I Peraih Nobel Perdamaian Maria Ressa saat penerima Hadiah Nobel Perdamaian di Jenewa, Selasa (3/5). Maria mengatakan munculnya media sosial telah memungkinkan propaganda berbahaya berkembang dan membuat jurnalis profesional menghadapi ancaman serangan.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Jurnalis Filipina dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian, Maria Ressa, pada Selasa (3/5) mengatakan, munculnya media sosial (medsos) telah memungkinkan propaganda berbahaya berkembang dan membuat jurnalis profesional menghadapi ancaman serangan terus-menerus.

"Situasi pekerja media di seluruh dunia saat ini suram," kata Ressa kepada AFP, baru-baru ini, mencatat banyak kesalahan terletak pada perubahan dramatis dalam cara informasi didistribusikan.

Berbicara di sela-sela acara di Jenewa untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia, salah satu pendiri situs berita Rappler itu, menyoroti bagaimana media sosial telah mempermudah penyebaran propaganda, menolak fakta, serta mengubah sejarah dan realitas.

Dia menunjuk ke Filipina, yang tampaknya minggu depan akan menyerahkan kursi kepresidenan kepada Ferdinand Marcos Jr, putra diktator yang menjadi dalang korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia di negara itu.

"Dia tampaknya akan menang, dan satu-satunya cara yang mungkin adalah karena sejarah telah bergeser di depan mata kita," kata Ressa.

Hubungan Marcos Jr dengan ayahnya telah menjadikannya sebagai salah satu politisi paling terpolarisasi di negara ini.

Unggahan Palsu

Tetapi dia telah diuntungkan dari membanjirnya unggahan palsu dan menyesatkan di platform media sosial yang menargetkan pemilih yang sebagian besar muda tanpa ingatan tentang korupsi, pembunuhan, dan pelanggaran lain yang dilakukan selama 20 tahun pemerintahan Marcos yang lebih tua.

Ressa menunjukkan bagaimana Marcos Jr menolak untuk berpartisipasi dalam debat dan menjawab pertanyaan dari jurnalis, tampaknya mengikuti gaya politisi populis seperti Presiden Brasil, Jair Bolsonaro.

"Ini adalah masalah dengan media sosial: Ini telah memungkinkan propaganda berkembang dan secara harfiah telah memungkinkan tokoh masyarakat seperti Marcos, seperti Bolsonaro mengabaikan pemeriksaan dan keseimbangan (media) dan untuk menciptakan realitas mereka sendiri," kata Ressa.

"Itu bukan hal yang baik. Dalam menghadapi tantangan seperti itu, "lmisi jurnalisme lebih penting hari ini dari sebelumnya," tegasnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top