Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekonomi Kerakyatan I Salah Satu Fungsi Media Massa Adalah Edukasi Ekonomi

Media Dukung UMKM Naik Kelas

Foto : Koran Jakarta/ SB

“Talkshow” Interaktif I Dari kiri: Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Yuliandre Darwis, Dosen Departemen Komunikasi FISIP Unair, Yayan Sakti Suryandaru, dan Rektor Unair Moh. Nasih, dalam talkshow interaktif Peran Media dalam Mengembangkan Perekonomian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang digelar untuk memperingati Hari Pers Nasional (HPN) ke-19 Jawa Timur, di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus C Unair, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/2).

A   A   A   Pengaturan Font

Media massa bisa menjadi perekat ekonomi dan budaya, termasuk UMKM yang saat ini tak pernah tersentuh.

SURABAYA - Media dinilai berperan penting dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Salah satunya dengan turut menyebarkan literasi kepada para pelaku UMKM sehingga mereka bisa naik kelas.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis yang akrab disapa Andre, menyoroti kondisi media massa di Tanah Air saat ini. Menurutnya, saat ini, banyak media hanya berorientasi secara komersial dan cenderung mengesampingkan upaya mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan.

"Saat ini, KPI mengawasi 1.500 radio, 300 televisi lembaga penyiaran berlangganan, dan 800 lembaga penyiaran TV lokal. Salah satu fungsi media massa sebagai perekat ekonomi dan budaya termasuk UMKM, saat ini yang tidak pernah tersentuh," ujarnya dalam talkshow interaktif bertajuk Peran Media dalam Mengembangkan Perekonomian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/2).

Menurut Andre, banyak media yang kurang dalam hal edukasi tentang UMKM dan yang menonjol adalah komersial atau biasa disebut dengan iklan. Semestinya, lanjut dia, bagaimana sebuah program bisa mengedukasi, mungkin bisa dikemas oleh mahasiswa dengan kreativitasnya. Dengan demikian, literasi pelaku UMKM meningkat dan mereka bisa naik level.

"Namun yang terjadi sekarang, semua orang menggunakan media baru, media sosial, untuk menawarkan produk mereka. Bisa jadi, nanti dosen atau mahasiswa dari Unair ikut menyusun program. Tapi harus dikemas zaman now agar bisa diterima oleh masyarakat zaman now. Sebab salah satu fungsi media adalah edukasi ekonomi," papar dia.

Dia menambahkan, saat ini tidak ada sumber daya yang mewadahi program-program lokal. Padahal, hal terpenting adalah kontinuitas atau berkelanjutan program. Karena itu, karya anak muda sangat ditunggu untuk bisa mengemas produk perguruan tinggi lewat visual yang menarik.

Talkshow tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) ke-19 Jawa Timur. Selain Andre, acara yang dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen itu menghadirkan dua pembicara lain, yakni Rektor Unair Moh. Nasih dan dosen Departemen Komunikasi FISIP Unair, Yayan Sakti Suryandaru.

Paling "Powerful"

Rektor Unair, Moh. Nasih, memulai pembahasan perihal televisi sebagai media pendidikan yang paling besar di Indonesia. Menurutnya, televisi menjadi media paling powerful karena dapat mempengaruhi jutaan masyarakat setiap harinya.

"TV punya peran sangat besar. Modal bagi UMKM, modal bagi perguruan tinggi, modal bagi usaha yang dilakukan mahasiswa. Kita berharap dari TVRI bisa jadi modal mahasiswa untuk memperkenalkan produknya. Sebab ada ratusan karya mahasiswa yang punya andil dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, teknologi, dan sebagainya," terang Rektor.

Dia mengatakan, saat ini Unair sedang menyiapkan generasi yang akan mampu menghadapi revolusi industri 4.0. "Kita dorong terus kepada mahasiswa, di mana dalam aspek inovasi, hasil penelitian dosen dan mahasiswa akan menghasilkan produk yang bisa menjadi solusi segala permasalahan di masyarakat," terang Rektor.

Sementara itu, pengamat media, Yayan Sakti, mengatakan TVRI sebagai salah satu stasiun televisi yang punya potensi untuk membantu memublikasikan karya-karya yang dimiliki akademisi untuk bisa dikonsumsi khalayak umum.

"Sesuatu akan jadi menarik ketika unik, original. UMKM harus muncul dengan sesuatu yang unik. Lembaga penyiaran publik harus memberi peluang. Beriklan lewat medsos nggak bayar. Tapi lewat media mainstream bayar. Ini yang jadi tantangan sekarang," pungkas dia. SB/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top