Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

”Match Fixing” Itu seperti Candu

Foto : Antara
A   A   A   Pengaturan Font

Jauh sebelum dua skandal pengaturan skor yang baru saja terungkap musim ini, hal yang sama pernah beberapa kali terjadi pada kompetisi sepak bola Indonesia.

Pengamat sepak bola Indonesia sekaligus Koordinator Save Our Soccer (SS) Akmal Marhali mengatakan, penyebab masih saja terjadinya pengaturan skor di sepak bola Indonesia yakni karena adanya ruang. "Karena diberi celah untuk masuk. Pengaturan skor itu seperti narkoba. Candu. Ada peluang sedikit, maka para pencandu akan mengulanginya," ujar Akmal.

Apalagi, menurutnya, kalau ternyata "diizinkan" oleh pemilik rumah, dalam hal ini federasi sepak bola Indonesia, PSSI. Menurutnya, diizinkan dalam artian bahwa PSSI sebenarnya mengetahui adanya kasus pengaturan skor tersebut, namun seakan tidak peduli.

Lebih lanjut, Akmal mengatakan, kasus pengaturan skor di sepak bola Indonesia motif utamanya karena uang. "Match fixing bukan bagaimana timnya menang, tapi juga bagaimana timnya kalah. Tergantung pesanannya apa. Ujung-ujungnya uang, wani piro?," jelasnya.

"Kalau ada cara mudah dapat duit, kenapa cari yang susah? Ini sudah bicara moralitas. Dan, karena selama ini tidak ada penanganan yang tegas akhirnya dianggap dibolehkan," sambungnya.

Menurut Akmal, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memerangi match fixing atau pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Dia mencontohkan, di negara bagian Victoria, Kepolisian Australia memiliki unit tetap menangani match fixing, bernama Sport Integrity Intelligence Unit.

Kemudian, di La Liga, Spanyol, memiliki badan khusus dari kepolisian bernama Operasi Oikos untuk mengawal kompetisi dari tangan jahat mafia. Selanjutnya, di Korea Selatan, kata Akmal, mempunyai sentra pelaporan di bawah Kementerian Olahraga bernama The Sports Corruption Reporting Center.

"Olahraga kita butuh densus anti-match fixing. Sambil DPR juga menyiapkan perangkat hukum agar pelaku kejahatan pengaturan skor mendapatkan hukuman berat karena jenisnya setara korupsi dan pembunuhan," kata Akmal.

"Kita kan baru bergerak kalau kasusnya ketahuan. Hukumannya pun serampangan. Hanya pemain. Tidak dilakukan pengusutan, penyelidikan, dan penyidikan secara mendalam untuk menemukan aktor intelektualnya. Kasus Perserang misalnya, jangan sampai putus di lima pemain. Mereka hanya wayang. Yang harus dikejar siapa dalangnya," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top