Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aksi Demo di Prancis

Massa Rompi Kuning Kembali Rusuh

Foto : AFP/Geoffroy VAN DER HASSELT

Bank Dibakar l Polisi berjaga di luar sebuah bank dekat Champs-Elysees, Paris, Prancis, pada Minggu (17/3) yang berhasil dipadamkan setelah dibakar para perusuh saat terjadi aksi demo antipemerintah oleh kelompok Rompi Kuning pada Sabtu (16/3). Aksi demo antipemerintah yang dilakukan kelompok Rompi Kuning hingga saat ini telah berlangsung selama 4 bulan.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Massa pengunjuk rasa Rompi Kuning di Paris, Prancis, diwartakan kembali melakukan kerusuhan saat mereka menggelar aksi demo antipemerintah pada akhir pekan ke-18, Sabtu (16/3). Mereka menjarah dan membakar pertokoan hingga pusat bisnis di jalan utama Champs-Elysees, Paris, yang merupakan kawasan terkenal dan yang jadi daya tarik turis.

Akibat kerusuhan itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terpaksa harus mempersingkat acara liburannya di Pegunungan Pirenia dan kembali ke Paris untuk menggelar rapat darurat di kantor Kementerian Dalam Negeri pada Sabtu malam dan ia berjanji untuk bertindak tegas bagi menghindari kekerasan lebih lanjut.

"Ada sejumlah oknum yang hari ini mencoba segala upaya untuk membuat kerusakan dengan memecah belah republik dengan berbuat kehancuran yang berisiko menghilangkan nyawa," kata Presiden Macron. "Mereka itu yang ada di sana (Champs-Elysees) untuk menyebarkan malapetaka," imbuh dia.

Pihak polisi menyatakan bahwa perusuh merusak dan menjarah restoran, toko tas dan pakaian terkemuka, serta sebuah bank dan kios-kios koran. Selain itu perusuh juga membakar barikade-barikade. Pihak polisi tak bisa mencegah hal itu karena mereka kewalahan dalam menghadapi pengunjuk rasa yang amat besar.

Untuk membubarkan pengunjuk rasa berkumpul di monumen Arc de Triomphe, pihak kepolisian terpaksa harus menggunakan gas air mata, granat kejut, dan meriam air. Langkah polisi itu disikapi oleh pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian hitam dengan lemparan baru.

"Seperti kebanyakan warga Prancis lainnya, saya hari merasa sangat marah," komentar Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe, di media sosial Twitter, usai mengunjungi tempat terjadinya kerusuhan. "Aksi hari ini bukan dilakukan pemrotes, tetapi para penjarah, pelaku pembakaran dan penjahat. Tidak ada alasan yang membenarkan kekerasan ini," imbuh dia.

Disusupi Minoritas

Sementara itu pihak polisi Prancis dalam menanggapi kerusuhan di Paris menyatakan mereka mengecam kekerasan tersebut sebagai tindak pengecut dan mereka untuk terus menjamin ketertiban umum dari para provokator dan pengacau.

Aksi demo antipemerintah yang dilakukan kelompok Rompi Kuning dimulai sejak November tahun lalu dan pada awalnya menyuarakan protes terhadap kenaikan pajak bahan bakar minyak. Aksi protes kemudian berkembang dengan menolak arah kebijakan Macron yang dinilai terlalu berpihak kepada kaum kaya.

Pada pekan-pekan terakhir, jumlah massa yang melakukan aksi demo antipemerintah semakin berkurang. Kementerian Dalam Negeri memperkirakan kehadiran massa demonstran pada Sabtu lalu di Paris sebanyak 10.000 orang dari sekitar 32.300 orang di seluruh Prancis.

Menurut keterangan Menteri Dalam Negeri, Christophe Castaner, kerusuhan bisa terjadi karena ada sejumlah orang yang datang hanya untuk membuat kerusuhan. Casataner memperkirakan ada sekitar 1.500 aktivis minoritas "ultrakiri" telah menyusup ke kerumunan massa. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top