Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Masalah Klasik Ekonomi Nasional

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Kondisi perekonomian nasional masih belum dapat beranjak dari situasi ikutan tahun lalu, di antaranya diselimuti juga kondisi perekonomian dunia yang juga belum beranjak menjanjikan. Hal ini membuat lembaga keuangan internasional seperti IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi ke level 3,2 persen dari 3,6 persen.

Penegasan serupa disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang mengakui perekonomian Indonesia tahun ini belum bisa lepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi tahun lalu. Sepanjang tahun ini, tantangan bagi ekonomi untuk tetap tumbuh belum hilang, di antaranya kebijakan moneter The Fed yang membuat arus modal asing keluar dari Indonesia.

Maka dari itu untuk tetap dapat tumbuh, diperlukan penyesuaian-penyesuaian dengan situasi nasional, regional, dan global. Tantangan klasik yang terus menghimpit perekonomian nasional jelaslah seperti nilai tukar rupiah yang tetap tertekan, tingkat inflasi, dan defisit-defisit. Ini baik defisit transaksi berjalan maupun perdagangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, neraca perdagangan Indonesia bulan April mengalami defisit 2,5 miliar dollar AS lantaran ekspor nonmigas merosot, tambah lagi impor terus meninggi. Sementara itu, Bank Indonesia mengumumkan kondisi defisit neraca transaksi berjalan (CAD) pada triwulan I tahun 2019 sebesar 7 miliar dollar AS atau 2,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka ini membaik dibanding triwulan IV tahun lalu yang mencapai 9,2 miliar dollar AS atau 3,6 persen dari PDB. Untuk menjaga momentum pertumbuhan, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan mengupayakan tetap meningkatkan produktivitas nasional melalui kebijakankebijakannya. Salah satunya adalah mempercepat pembangunan infrastruktur yang bisa mengintegrasikan wilayah satu dengan lainnya.

Infrasturktur memang menjadi bagian utama pembangunan era pemerintahan Joko Widodo periode pertama. Sedangkan untuk periode kedua, Presdien Jokowi akan mengutamakan pembangunan sumber daya manusia, walau juga masih tetap tak meninggalkan fokus menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur.

Selain beban-beban tersebut kondisi cuaca juga dikhawatirkan bakal menambah kesulitan situasi perekonomian nasional. Sebagaimana masih berlangsung, di berbagai daerah terus mengalami kekeringan. Apalagi situasi demikian masih akan berlangsung sampai sebulan atau dua bulan ke depan.

Dengan demikian, stok makanan perlu menjadi perhatian pemerintah agar tidak terjadi kekurangan makanan, terutama di daerah-daerah yang mengalami kekeringan. Stok air menjadi krusial karena sumber-sumber mulai menyusut. Kemudian, masalah tahunan adalah kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla).

Kasus ini telah mengakibatkan beberapa provinsi 'darurat' asap seperti Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Jambi. Mereka telah menyatakan status siaga karhutla. Kebakaran terus meluas

. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), karhutla per 29 Juli 2019 di lima provinsi tadi mencapai 30.277 hektare. Jadi, dengan melihat berbagai kendala di atas, perekonomian nasional masih bakal mengalami tekanan.

Konsumsi domestik yang terus menjadi andalan harus tetap dijaga dengan membantu daya beli masyarakat. Sebab tanpa bantuan, daya beli masyarakat akan menurun dan berdampak mengurangnya konsumsi untuk mendukung ekonomi.

Komentar

Komentar
()

Top