Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Wabah

Makalah Ilmiah yang Tak Akurat Menghambat Vaksinasi Covid-19

Foto : MARK FELIX/AFP

UNJUK RASA ANTIVAKSIN I Pengunjuk rasa antivaksin memegang poster di luar Rumah Sakit Metodis Houston di Houston, Texas, beberapa waktu lalu. Studi ilmiah dengan metodologi yang buruk dan temuan yang tidak akurat dilaporkan telah memperburuk krisis miss-informasi Covid-19.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Studi ilmiah dengan metodologi yang buruk dan temuan yang tidak akurat dilaporkan telah memperburuk krisis miss-informasi. Covid-19. Hal ini menghambat vaksinasi dan membahayakan nyawa.

Ketertarikan publik yang kuat dalam pandemi dan perdebatan yang memecah belah Amerika Serikat (AS) tentang bagaimana mengatasinya, mendorong penyebaran makalah penelitian online yang salah, termasuk oleh penentang vaksin. Bahkan jika sebuah penelitian ditarik kembali, sudah terlambat untuk mencegah miss-informasi Covid-19.

"Begitu makalah diterbitkan, kerusakan tidak dapat dibatalkan," kata rekan senior di Laboratorium Penelitian Forensik Digital Dewan Atlantik, Emerson Brooking, yang berfokus pada mengidentifikasi dan mengungkap disinformasi.

Makalah yang cacat "telah menjadi bahan bakar" bagi para skeptisme dan penganut teori konspirasi Covid-19. Mereka sering menjadi subjek aktivitas viral online.

"Temuan mereka selanjutnya disaring melalui artikel 'cabul' dan menyesatkan dari situs web pinggiran," kata Brooking kepada AFP, baru-baru ini.

Sangat Berbahaya

Informasi yang tidak akurat tentang vaksin sangat berbahaya pada saat upaya vaksinasi melambat di AS, dengan pejabat kesehatan mengatakan hampir semua kematian akibat Covid-19 baru-baru ini terjadi di antara mereka yang tidak diimunisasi.

Jurnal medis Vaccines menerbitkan makalah peer-review pada akhir Juni berjudul Keamanan Vaksinasi Covid-19 - Kita Harus Memikirkan Kembali Kebijakannya, yang menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan dua orang meninggal untuk setiap tiga yang mereka selamatkan. Studi ini dengan cepat menyebar di media sosial.

Sebuah unggahan di Twitter dari ilmuwan dan kritikus vaksin Covid-19, Robert Malone, yang merangkum makalah itu mengumpulkan ribuan tanggapan. Sebuah video di Facebook tentang cendekiawan konservatif, Liz Wheeler, membahas studi tersebut yang katanya "akan mengejutkan Anda" telah dilihat lebih dari 250.000 kali.

Tetapi kemudian, Vaccines menarik kembali makalah itu. "Itu berisi beberapa kesalahan yang secara mendasar memengaruhi interpretasi temuan," ujarnya.

Setidaknya empat anggota dewan vaksin mengundurkan diri sebagai akibat dari publikasi penelitian, termasuk Katie Ewer, seorang ahli imunologi senior di Institut Jenner Universitas Oxford. "Seharusnya diakui bahwa makalah ini akan berdampak besar," kata Ewer, yang tidak terlibat dalam penerbitannya.

"Bahwa tidak ada seorang pun di jurnal yang mengetahui hal itu sangat mengkhawatirkan, terutama untuk jurnal yang didedikasikan untuk vaksin," terangnya.

Cuitan Malone tentang makalah itu tidak lagi tersedia, tetapi video Wheeler masih muncul di Facebook, beberapa minggu kemudian.

Gateway Pundit, sebuah situs web yang sering menerbitkan klaim yang tidak akurat, melaporkan pada awal tahun bahwa sebuah studi Universitas Stanford menemukan bahwa pemakaian masker, yang direkomendasikan otoritas kesehatan AS untuk membantu memperlambat penyebaran Covid-19, menjadi "tidak efektif" dan berbahaya.

Studi tersebut Masker Wajah di Era Covid-19: Hipotesis Kesehatan kemudian ditarik kembali oleh jurnal Medical Hypotheses, yang mengatakan secara selektif mengutip makalah yang diterbitkan dan memasukkan data "tidak terverifikasi". n SB/AFP/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top