Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral

Mahathir Kaji Ulang Pasokan Air ke Singapura

Foto : AFP/ATHIT PERAWONGMETHA
A   A   A   Pengaturan Font

KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, kembali mengeluarkan kebijakan luar negeri yang berani dengan negara tetangganya, Singapura. Kali ini Mahathir meminta agar kesepakatan jangka panjang pasokan air antara Malaysia-Singapura dinegosiasikan kembali.

Hal itu diutarakan pemimpin Malaysia yang kini berusia 92 tahun saat wawancara dengan Bloomberg Television. "Kesepakatan pasokan air dengan Singapura yang diteken pada 1962, memberatkan Malaysia," kata PM Mahathir saat berada di kantornya di Kuala Lumpur seperti dikutip dari Bloomberg edisi Senin (25/6). "Isu pasokan air dengan Singapura perlu kita selesaikan. Kita akan duduk dan merundingkan secara bersama seperti warga beradab," imbuh PM Malaysia itu.

Sebelumnya, Mahathir mengusik Singapura dengan pembatalan megaproyek kereta cepat yang menghubungkan Kuala Lumpur-Singapura. Kemudian ia mempermasalahkan klaim atas sejumlah pulau kecil.

Ketegasannya Mahathir ini mengingatkan saat ia berkuasa pada periode 1981 hingga 2003, dimana ia kerap merecoki Singapura terkait isu pasokan air dan sengketa wilayah. Sejak 1927, Singapura mengandalkan pasokan air bersih dari Malaysia dan setengah dari kebutuhan pasokan air bersih Singapura saat ini didapatkan dari negara tetangganya itu.

Dalam kesepakatan 1962 yang akan berakhir pada 2061, Malaysia akan memasok Singapura 250 juta galon air mentah per harinya dengan harga 3 sen per 1.000 galon. Malaysia membeli kembali sebagian dari pasokan itu seharga 50 sen per 1.000 galon.

Isu pasokan air bersih terus menerus jadi sumber permasalahan politik di dua negara itu. Pernah suatu waktu mantan PM Lee Kuan Yew ingin mengirimkan pasukan ke Malaysia jika Negeri Jiran menutup keran pasokan air ke Singapura.

Dalam sesi wawancara, Mahathir mengatakan akan tetap berteman dengan Singapura maupun dengan negara lain asalkan terjadi kesetaraan dan keadilan dalam kesepakatan. "Kita bisa merasakan manfaat dari masing-masing pihak," kata PM Malaysia itu. "Kami membutuhkan keahlian dari Singapura. Banyak warga Singapura berinvestasi di Singapura karena harga yang murah di sini," tambah Mahathir.

Tak Takut Kritik

Sejak berkuasa kembali, Mahathir mempertanyakan soal sejumlah megaproyek senilai 34 miliar dollar AS yang didukung pemerintah, termasuk diantaranya proyek jalur pipa gas alam dan jalur rel kereta penghubung pesisir timur yang diperkirakan akan menelan biaya 55 miliar ringgit.

"Kami harus memperlambat (pembangunan proyek-proyek) karena alasan sederhana yaitu kita tak memiliki dananya," kata Mahathir.

Sikap yang diambil Mahathir, berbeda dengan yang pernah dikerjakan mantan PM Najib Razak yang mau menerima bantuan dari negara seperti Amerika Serikat maupun Tiongkok dan menyebut mereka sebagai negara sahabat.

Atas pembatalan sejumlah megaproyek, Mahathir menyatakan bahwa dirinya sama sekali tak takut ada kritik bakal dilayangkan padanya. "Saya ingin mengembalikan pertumbuhan ekonomi dan meraih status negara berkembang dalam jangka waktu singkat."

SCMP/I-1/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top