Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketahanan Pangan

Lumbung Pangan Berkelanjutan Terus Dikembangkan

Foto : Sumber: Global Food Security Index 2020 –Litbang K
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional terus mengembangkan pengelolaan lumbung pangan atau food estate yang berkelanjutan.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (28/2), mengatakan organisasi pangan dunia, FAO, telah memperingatkan akan terjadinya krisis pangan akibat pandemi Covid-19.

Untuk itu, pihaknya mengembangkan food estate berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur. Adapun lumbung pangan yang telah dikembangkan adalah di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, seluas 165 ribu hektare.

Di samping itu, telah diprogramkan kegiatan pengembangan food estate di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Dalam pengembangannya memang menghadapi beberapa tantangan, seperti tata kelola air, ekonomi masyarakat, lingkungan, kelembagaan, dan pembiayaan.

"Di masing-masing lokasi memiliki karakter dan tantangan yang berbeda-beda. Di Kalimantan Tengah kita revitalisasi lahan eks-PLG yang bukan lahan gambut, tetapi aluvial seluas 165.000 ha. Itu butuh tata kelola air yang sangat detail dan akurat. Di sini, kita prioritaskan penanganan drainasenya sehingga lahan tidak tergenang dan bisa ditanami," kata Basuki.

Sementara itu, di Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur yang merupakan lahan kering difokuskan ke irigasinya dengan menggunakan gun sprinkler.

Produk Berkualitas

Secara terpisah, Pakar pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Surabaya, Ramdan Hidayat, mengatakan kalau hanya memanfaatkan lahan yang ada untuk intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, maka sulit memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Sebab itu, program food estate yang memanfaatkan teknologi tinggi, kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan komputasi awan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan padi, singkong, hingga hortikultura yang berkualitas.

"Dengan pengelolaan lahan yang luas menggunakan mekanisasi dan internet akan mengefesiensikan penggunaan saprodi, sehingga orientasinya menuju pertanian yang presisi. Hasil panen program ini tidak hanya menjadi beras atau singkong, tapi akan ada industri-industri hilir sehingga akan banyak produk turunan seperti pabrik etanol dan tepung tapioka," katanya.

Dengan demikian, pengelolaan mulai dari hulu sampai hilir semuanya sudah mekanisasi sehingga revolusi industri 4.0 akan terjadi.

Selain itu, proses off farm atau hilirisasi produk juga menyerap tenaga kerja mulai dari pabrik hingga tenaga pemasaran," kata Ramdan. n SB/ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top