Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Tinggi

Lulusan Universitas Bukan Sekadar untuk Bekerja, tapi Harus Mampu Berkreasi

Foto : Istimewa

Abdul Haris.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Abdul Haris, menyatakan, universitas bukan hanya sekedar menghasilkan lulusan yang mampu bekerja saja. Menurutnya, lulusan universitas harus mampu berkreasi.

"Bukan sekadar pekerja. Pendidikan harus menciptakan manusia yang kreatif dan inovatif," ujar Haris, dalam acara Pelatihan Kepemimpinan Fakultas menuju Universitas Berkelas Dunia, di Jakarta, Minggu (4/8).

Dia menambahkan, universitas tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer pengetahuan (knowledge transfer), tetapi juga sebagai pencipta pengetahuan baru. Menurutnya, para calon rektor dan pemimpin perguruan tinggi dapat berperan sebagai academic leader dan entrepreneur.

"Rektor harus memiliki visi pengembangan pendidikan dan mampu untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, penting juga memahami situasi dan solusi kreatif untuk mengatasi tantangan besar dalam pendidikan tinggi.

Tantangan Kampus

Haris mengungkapkan, pentingnya peran pimpinan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan pendidikan tinggi di Indonesia. Menurutnya, pemimpin perguruan tinggi harus mampu memberikan solusi atas tiga hal, yakni masalah ketimpangan akses, ketimpangan kualitas, dan relevansi.

"Ketiga hal ini adalah ujung tombak bagaimana tantangan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Bapak Ibu adalah calon pemimpin manajemen dari perguruan tinggi harus bisa memberikan solusi atas tiga permasalahan tersebut," jelasnya.

Dia menilai, ketimpangan kualitas juga menjadi hal yang harus diperbaiki. Implementasi kebijakan seperti Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi atau kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tidak bisa diterapkan secara merata di semua perguruan tinggi karena perbedaan karakteristik masing-masing kampus.

Dengan demikian, sambung Haris, perlu standar kualitas yang sesuai dengan kondisi setiap universitas, baik dari segi infrastruktur (hardware), sumber daya manusia (humanware), maupun jaringan (netware).

Di sisi lain, relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri.

"Relevansi itu terkait produk dan outcome yang harus dimiliki perguruan tinggi. Pertama, relevansi dari sisi kelulusan. Kemudian, yang kedua dari sisi produk dari riset dan inovasi," katanya.

Rektor Universitas Trisakti, Kadarsah Suryadi, menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarperguruan tinggi. Selain itu, menurutnya peringkat dunia dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi agar kampus bisa tahu kekurangan dan perbaikan ke depannya.

"Ini bukan untuk mencari ranking, tapi untuk continuous improvement, supaya lebih baik," terangnya. ruf/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top