Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Direktur Keuangan PT Jakpro, Lim Lay Ming, soal Pembangunan “Light Tail Transit”

LRT Fase II Tanah Abang Didanai Korea Selatan

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyambut baik rencana perpanjangan proyek light rail transit (LRT) Jakarta fase II hingga ke Tanah Abang. Saat ini, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tengah menyelesaikan proyek LRT Jakarta fase I dari Kelapa Gading, Jakarta Utara hingga Vellodrome, Jakarta Timur.
Rencananya, PT Jakpro akan membangun LRT Jakarta fase II dari Vellodrome, Jakarta Timur ke Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Namun, pihaknya akan mengkaji kembali proyek LRT fase II ini agar bisa tembus ke kawasan Tanah Abang.
Untuk mengetahui lebih lanjut akan hal itu, reporter Koran Jakarta, Peri mewawancarai Direktur Keuangan PT Jakpro, Lim Lay Ming, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Sebenarnya apa yang menjadi dasar perpanjangan LRT ke Tanah Abang?
Kita tahu, Tanah Abang, Jakarta Pusat ini merupakan sentra ekonomi bagi kelas menengah ke bawah. Tanah Abang ini pusat tekstil Indonesia untuk ekpor sehingga banyak sekali penumpang yang menunggu di sana. Kalau nggak salah, satu hari bisa mencapai 300 ribu penumpang.

Dari mana data 300 penumpang itu?
Itu yang ngumpul di Tanah Abang. Baik dari Tangerang, Serpong, kan ngumpulnya di situ. Bahkan, dari ujung Barat pun ngumpul di situ. Jadi, ada potensi penumpang dan potensi ekonomi disana. Tanah Abang kan simbol ekonomi bagi masyarakat Jakarta, makanya kita dekatkan (LRT) ke situ.

Apakah Anda akan membebaskan lahan?
Kita usahakan seminimal mungkin. Tidak ada pembebasan lahan. Trase ini kan belum dibuat. Yang sudah ada itu trase dari Vellodrome hingga Dukuh Atas.

Berarti, ada penambahan trase ya?
Iya, ada penambahan sekitar 2-3 kilometer.

Berarti ada penambahan biaya investasi juga?
Pak Satya (Direktur Utama PT Jakpro, Satya Heragandi) selalu ngomong butuh 550 miliar rupiag per kilometer untuk prasarana.

Jadi, total berapa yang dibutuhkan?
Dari Vellodrome ke Dukuh Atas saja kan 9 kilometer, lalu dari Dukuh Atas ke Tanah Abang sekitar 3 kilometer, ditambahkan saja. Jadi sekitar 12 kilometer, dikalikan 550 miliar rupiah.

Bagaimana Feasibility Study (FS) untuk LRT dari Vellodrome ke Dukuh Atas?
Sudah ada. FS itu dibuat oleh Korea Rail Network Authority (KRNA). Hasil FS dari KRNA ini kita review lagi bersama pihak-pihak terkait. Karena KRNA ini juga ingin berkontribusi untuk membangun LRT.

Membangun LRT Jakarta atau di tempat lain?
Dia akan menjadi calon mitra kami.

Jadi, pendanaan bisa dapat dari Korea juga?
Skemanya belum pasti. Ada skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau seperti apa. Sepertinya, akan pakai skema KPBU ini. Nanti kan mesti ada yang dibayar cicilannya seperti Public Servicenya Obligation (PSO). Pembayaran nanti dicicil oleh Pemprov, modal utamanya dari Korea. Itu juga kalau Korea jadi mitra kita. Karena KPBU ini harus melalui tender lelang, belum tentu dia menang. Tapi biasanya, kalau dia inisiator, dia bisa jadi mitra.

Mekanisme pembiayaan LRT fase kedua ini berbeda dengan fase pertama?
Beda. Fase I itu benar-benar Penanaman Modal Pemerintah Daerah (PMD) murni. PMD ini bisa jadi modal kita ketika ngomong untuk fase II.

Apa benefit KPBU untuk proyek LRT ini?
Akan meringankan bebannya Pemprov. Kalau dulu mesti disediakan uangnya didepan semua. Kalau ini bisa dibayar dengan mencicil melalui available keypayment tadi.

Cicilan itu siapa yang bayar?
Kan dari penumpang, masuk. Dari non penumpang, dari pengembangan properti, juga dari Pemprov kalau masih tidak mencukupi. Itu namanya available keypayment.

Skema ini sudah ada kajiannya?
Sedang dibikin. Karena untuk KPBU itu cukup panjang waktunya, 6-9 bulan. Itu persiapan sampai dapat pemenang tender. Itu kerja kita sampai nanti bulan September tahun depan.

Adakah kemungkinan untuk masuk investor lain selain Korea?
Bisa. Banyak benar yang mau berinvestasi untuk LRT ini. P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top