Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Loksado, Representasi Budaya dan Alam Kalimantan

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Cara menikmati alam Kalimantan adalah menjelajahi hutan dan bercengkrama dengan penduduknya. Loksado menawarkan semua itu bersama kekayaan budaya, geologi, dan keragaman hayati.

Loksado adalah salah satu tempat untuk bisa menikmati alam dan mempelajari budaya Kalimantan. Kecamatan yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), berjarak 147 kilometer dari Banjarmasin memiliki alam yang masih relatif perawan.
Hutannya masih lestari karena dijaga dengan teguh dari gangguan oleh suku Dayak Bukit. Suku Dayak Bukit atau kini lebih populer dengan sebutan Dayak Meratus, bersama para pemangku kepentingan menjadi penjaga alam di Pegunungan Meratus dari ancaman pertambangan. Bukan tanpa alasan, perut bumi Meratus dan Loksado di dalamnya menyimpan batu bara dan batu kapur yang menggiurkan untuk ditambang.
Hutan alam Loksado yang dihuni anek satwa dan tumbuhan menjadi tempat hidup bagi suku Dayak Bukit. Salah satu komoditas yang memberi keuntungan bagi mereka adalah komoditas kayu manis, rempah-rempah mendunia yang menjadi rebutan bangsa asing sejak dulu.
Disamping rotan, kemiri dalam bahasa lokal disebut keminting, dan kayu manis, merupakan komoditas primadona. Harganya kering per kilogramnya bisa mencapai 30.000 rupiah. Dibandingkan dengan harga karet yang per kilogramnya hanya sekitar 5.000 rupiah, kayu manis dalam latinnya bernama Cinnamomum cukup memberi keuntungan.
Masyarakat juga juga memproduksi bakul yang dibuat dari bambu paring tantali, bambu khusus yang hanya ada di hutan Pegunungan Meratus. Dengan motif khas Dayak berwarna-warni, bambu ini menjadi souvenir menarik bagi wisatawan.
Loksado boleh dibilang memenuhi semuanya unsur untuk mendukung pengembangan Geopark Meratus. Loksado menyumbang keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity). Tidak heran jika saat ini telah ditetap Pariwisata Nasional (KSPN) oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI.
Kekayaan alam Loksado salah satunya adalah air terjun Riam Hanai. Lokasinya berada di Balai Adat Malaris, Desa Loklahung, Kecamatan Loksado. Tingginya memang hanya 5 meter tapi memiliki aliran air yang sangat deras dan sangat jernih.
Di bawah air terjun membentuk kolam tempat wisatawan membenamkan diri dari berenang. Karena lokasinya dikelilingi pepohonan dan bebatuan, Riam Hanai masih terkesan begitu alami dan asri.
Untuk mencapainya saja harus melewati jalan setapak sepanjang 200 meter dari parkiran motor. Tiket masuknya cukup murah yaitu 3.000 rupiah saja.
Air terjun yang lebih tinggi adalah air terjun Rampah Menjangan. Lokasinya berada Kampung Loa Panggang, Desa Lok Lahung, Kecamatan Loksado. Di kalangan traveller lokal, air terjun dengan tinggi 30 meter ini sudah sangat dikenal. Tidak seperti Riam Hanai, posisi jatuh airnya tegak lurus. Di bawahnya tidak terbentuk kolam namun berupa batuan.
Air terjun Rampah Menjangan berada di dalam kawasan hutan adat yang masih perawan. Di sekitarnya banyak ditumbuhi aneka spesies rotan sebuah tumbuhan asli Kalimantan yang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat.

Sumber Air Panas
Loksado meski bukan berada di wilayah vulkanik namun tempat ini memiliki sumber air panas. Berbeda dengan pulau lain, Kalimantan merupakan pulau nir gunung api karena tidak ditemukan gunung api aktif. Oleh karenanya, panas bumi di pemandian air panas Tanuhi bukan berasal dari fenomena vulkanik.
Panas bumi yang bersifat non vulkanik memiliki beberapa ciri. Pertama, memiliki temperatur yang tinggi. Suhu pemandian itu mencapai 40 derajat Celsius dan pH mendekati netral sebagai hasil dari reaksi air dengan batuan lokal di sekitar. Kedua, pemandian ini bebas belerang sehingga tidak bau.
Di pemandian air panas Tanuhi terdapat empat kolam sekaligus yang terdiri dari dua kolam kecil dengan air hangat dan dua kolam berukuran besar dengan air biasa. Dengan tiket masuk sebesar 5.000 rupiah, pemandian ini telah dilengkapi dengan fasilitas akomodasi berupa villa atau cottage yang dikelola oleh Disbudpora HSS.
Setidaknya, terdapat 10 unit bangunan villa bertingkat yang disewakan per kamar. Villa di area tersebut, disewakan dengan tarif sekitar 200.000 hingga 250.000 rupiah per malam.
Untuk mendukung acara keluarga dan perusahaan vila itu dilengkapi dengan lapangan tenis, gazebo, aula pertemuan, tempat bermain anak, hingga area parkir.
Loksado memang berada di pegunungan. Puncak tertinggi adalah Gunung Magaringsai dengan ketinggian 1.600 mdpl yang menjadi salah satu tujuan pendakian para pecinta alam lokal. Namun demikian ada puncak bukit yang mudah untuk dikunjungi yaitu Bukit Langara.
Lokasinya di Desa Lumpangi, Kecamatan Loksado, jaraknya dari Kandangan, Ibu Kota HSS hanya 10 kilometer. Medan untuk menuju ke Bukit Langara lumayan menantang. Pasalnya, di sana dipenuhi dengan batuan karst yang tajam sehingga wisatawan perlu berhati-hati dengan memperhatikan titik pijakan kaki.
Waktu trekking untuk mencapai puncak dari Desa Lumpangi sekitar 30-60 menit, tergantung kondisi fisik. Dari puncak Langara akan bisa melihat pemandangan luas alam Loksado yang hijau. Di kejauhan berdiri gagah Bukit Ketawang yang sangat indah dari kejauhan. Bahkan, di bawahnya mengalir Sungai Amandit berkelok-kelok.
Kekayaan wisata Loksado selanjutnya adalah Goa Ranuan terletak di kaki Gunung Ranuan. Lokasinya berada di Desa Haratai Kecamatan Loksado. Untuk menuju Desa Haratai, hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh kurang lebih setengah jam dari Desa Loksado, pusat pemerintahan di Kecamatan Loksado.
Goa Ranuan memiliki aliran arus sungai yang deras dan satu-satunya lubang cahaya alami hanya yang berasal dari mulut gua, sehingga benar-benar gelap. Dengan bantuan cahaya dari senter akan dapat mengetahui keindahannya goa yang konon sering dipakai untuk bersemedi. hay/I-1

Menjajal "Lanting Paring" di Sungai Amandit

Loksado yang berada di pegunungan yang dilewati oleh Sungai Amandit sebagai urat nadi transportasi zaman dulu. Ketika itu masyarakat setempat yaitu suku Dayak Bukit, menggunakanya untuk prasarana transportasi dari hulu ke hilir dengan menggunakan rakit bambu yang disebut dengan lanting paring.
Lanting paring berupa bambu yang dijajar lalu diikat. Warga menggunakannya untuk membawa hasil perkebunan seperti getah karet, kemiri, pisang, kayu manis, kemiri, rotan, dan hasil perkebunan lainnya.
Setelah sampai pada pembelinya di hilir, bambu-bambu ini kemudian dijual ke pengrajin bambu di hilir, setelah itu mereka kembali ke hulu dengan berjalan kaki.
Kini lanting paring menjadi atraksi bagi wisatawan dengan nama bamboo rafting atau arung jeram bambu, apalagi ketika diadakan Festival Loksado yang diselenggarakan setiap tahun. Saat Festival Loksado tahun ini berlangsung antara 24-26 Juni 2022, lanting paring dihadirkan sebagai atraksi khasnya.
Perjalanan lanting paring menyusuri Sungai Amandit dimulai dari Desa Loksado hingga ke hilir di Muara Tanuhi. Untuk wisatawan ada dua trip yang ditawarkan dalam lanting paring ini. Pertama, pengarungan pendek dengan jarak tempuh memakan waktu dua jam pengarungan. Kedua, pengarungan yang 3 jam perjalanan, diawali dari Pasar Loksado dan diakhiri di Muara Tanuhi.
Perjalanan ini melewati banyak jeram riam sungai yang dipayungi pepohonan yang tumbuh di kanan kiri sungai. Pepohonan terutama bambu yang yang cukup dominan menjadi peneduh perjalanan lanting paring. Dengan rakit bambu, akan menjadi pengalaman berbeda bagi yang pernah rafting dengan perahu karet.
Pemandu dengan lincah melakukan manuver menyusuri Sungai Amandit. Jangan takut lanting paring ini cukup aman dari risiko terbalik. Dalam satu paring dapat menampung empat orang dewasa termasuk pemandu.
Setelah 2-3 jam memacu adrenalin wisatawan bisa langsung menikmati sajian khas, umumnya berupa menu ikan bakar, lamang, ketupat Kandangan. Setelah itu dapat bisa berjalan-jalan di sekitar Muara Hatip atau Tanuhi, wisatawan bisa menjumpai aktivitas pertanian tradisional.
Kegiatan lanting paring dapat dilakukan wisatawan dengan memesan terlebih dulu tanpa perlu menunggu acara tertentu. Namun kemeriahan paling seru terjadi pada Festival Lanting yang diselenggarakan setiap tahun pada setiap Desember bertepatan dengan ulang tahun Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan kebetulan debit air sedang deras-derasnya.
Lebih dari 50 lanting paring hias akan bertolak dari Loksado ke Kandangan, sambil mengarak pengantin yang diiringi musik tradisional sepanjang sungai. Acara utama festival tersebut adalah lomba lanting paring.
Biasanya, ada tiga hal yang menjadi penilaian dalam lomba yang sangat menantang naluri petualangan seseorang. Pertama, bagaimana kemampuan peserta dalam menaklukkan derasnya jeram dari Loksado sampai ke Kota Kandangan. Kedua, bagaimana kekompakan peserta dalam mengarungi jeram. Dan yang terakhir bagaimana cara peserta menjaga lanting paring mereka yang dihias hingga sampai garis finish yang ditentukan.
Karena kegiatan ini, membuat masyarakat Dayak di Loksado memiliki sebuah tarian khas bernama Balanting Paring yang terinspirasi dari aktivitas menghela bambu di sungai Amandit itu. Tarian biasanya dibawakan pada perayaan-perayaan masyarakat setempat. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top