Lokasi Pascatambang Potensial EBT
Foto: istimewaJAKARTA - Pemerintah menegaskan lokasi pascatambang bisa diubah menjadi energi baru dan terbarukan (EBT). Karena itu, pemerintah tengah mendorong pergeseran peluang kerja dari pekerja energi fosil ke energi hijau atau EBT.
Demikian ditegaskan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, saat menjadi pembicara kunci pada International Energy Agency (IEA) Global Summit on People-Centred Clean Energy Transitions di Paris, Prancis, akhir pekan lalu.
Arifin menyampaikan tantangan Indonesia sebagai penghasil batu bara, dalam hal pergeseran peluang pekerjaan baru bagi para pekerja tambang dan pembangkit listrik tenaga fosil.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan sumber energi yang besar, karena energi perkapita Indonesia tergolong rendah, yakni 5,8 setara barel minyak (BOE) perkapita apabila dibandingkan dengan negara maju dengan minimal energi perkapita sebesar 17 BOE.
Hingga saat ini, energi fosil masih mendominasi kebutuhan energi di Indonesia, yakni 87 persen pada 2023, di mana energi dari batu bara masih menjadi yang paling dominan, di samping minyak dan gas bumi (migas) yang mendukung sektor industri, gedung, dan transportasi.
"Ketergantungan ini dicerminkan melalui ekonomi sirkular yang signifikan di seluruh value chain, mulai dari pertambangan, pengolahan, distribusi, dan konsumsi, yang menciptakan banyak pekerja yang bergantung pada industri bahan bakar fosil," ujar Arifin, di Kantor IEA Paris, Prancis, Jumat (26/4).
Komitmen banyak negara untuk mengurangi penggunaan batu bara, menjadi tantangan bagi Indonesia sebagai negara penghasil batu bara. Lebih dari 267 ribu pekerja industri pertambangan batu bara dan sekitar 32 ribu orang pekerja pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) membutuhkan peluang pekerjaan baru.
Pemerintah Indonesia, menurut Arifin, telah mengimplementasikan berbagai program untuk memastikan peluang pekerjaan berkualitas tinggi selama transisi dari energi fosil menuju energi baru terbarukan.
Pada kesempatan lain, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan EBT.
"Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi EBT di Indonesia mencapai 3.687 gigawatt (GW), jauh dari pemanfaatannya saat ini yang baru 12.817 megawatt (MW)," sebut Dadan Kusdiana.
Tolak PLTN
Kepala Divisi Kampanye Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Fanny Tri Jambore, menegaskan ancaman krisis energi di masa depan mestinya dapat diatasi dengan memanfaatkan secara maksimal potensi energi terbarukan yang dimiliki disertai efisiensi energi di segala lini.
Walhi menyoroti rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat. Fanny Tri Jambore meminta agar jauhkan bumi Kalimantan Barat dari ancaman bahaya radiasi nuklir (PLTN).
Pemerintah diharapkan untuk tidak memaksakan rencana pembangunan energi nuklir melalui PLTN di Indonesia, khususnya di Kalbar dengan mengalihkan investasi yang ada pada untuk pengembangan sumber-sumber energi terbarukan yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga terjangkau secara finansial dan dapat diandalkan untuk jangka panjang.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
Berita Terkini
- Wamensos Sebut Instrumen untuk Makan Bergizi Gratis Sudah Kuat
- BGN Sebut Hasil Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dievaluasi Secara Berkala
- Ini Klasemen Liga Inggris: Liverpool Naik Puncak, Forest Tembus Tiga Besar
- Tindak Tegas, Polda Sumut Sita 55,95 Kg Sabu-sabu
- Arah Pembangunan Pusat dan Daerah Harus Selaras