Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Perbudakan

Liverpool, Pusat Perdagangan Budak di Eropa

Foto : afp/ Paul ELLIS
A   A   A   Pengaturan Font

Selama lebih dari 100 tahun Liverpool telah menjual sebanyak 1,1 juta budak dari Afrika. Hasil penjualan budak ini digunakan untuk membangun kota, mengubahnya dari  kota pelabuhan kecil tersebut menjadi kota metropolitan yang berkembang pesat pada akhir abad ke-18.

Selama lebih dari 100 tahun Liverpool telah menjual sebanyak 1,1 juta budak dari Afrika. Hasil penjualan budak ini digunakan untuk membangun kota, mengubahnya dari kota pelabuhan kecil tersebut menjadi kota metropolitan yang berkembang pesat pada akhir abad ke-18.

Ketika berada di Liverpool, wisatawan akan menemu nama nama jalan seperti Bold Street, Earle Street, Tarlton Stres, dan Cunliffe Street. Siapa mereka? Ya, mereka adalah pedagang budak terkenal ketika sistem ini belum dihapus.

Jalan-jalan ini tersebut bahan diabadikan dalam laguPenny Laneoleh The Beatles, sebuah band rock yang berasal dari kota itu. Penny dikaitkan dari nama pemilik kapal budak James Penny. Namun penyelidikan yang dilakukan oleh International Slavery Museum menemukan tidak ada bukti sejarah yang mendukung hubungan tersebut.

Untuk mengingatkan kembali akan sejarah kelam Liverpool, pada 2020 dewan kota Liverpool melakukan kontekstualisasi jalan-jalan yang ada dengan nama-nama pedagang budak itu, namun tidak akan menghapusnya. Mereka akan memberi pencerahan penting tentang sejarah terkenal kota tersebut yang dikenal sebagai salah satu pelabuhan perdagangan budak terbesar di dunia.

Antara 1696 dan 1807 ketika Inggris menghapuskan perdagangan budak, para pedagang Liverpool secara paksa mengangkut 1,3 juta orang Afrika. Mereka pria, perempuan, dan anak-anak dikirim ke Amerika melintasi Samudra Atlantik. Sekitar 180.000 orang dari mereka tewas di Jalur Tengah (Middle Passage) yang mematikan selama penyeberangan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top