Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Leuwi Tonjong, "Hidden Gem" Epik di Garut Selatan

Foto : Istimewa

Leuwi Tonjong

A   A   A   Pengaturan Font

Garut dikenal sebagai kabupaten yang memiliki sejuta pesona alam. Salah satunya adalah Leuwi Tonjong yang menawarkan pemandangan epik berupa tebing batu tinggi yang dibelah arus sungai yang deras.

Destinasi wisata Leuwi Tonjong bisa menjadi pilihan bagi liburan yang tenang dan jauh dari keramaian. Beralamat di Kampung Rontong, Desa Jayamukti, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tempat ini cocok bagi mereka yang sedang mencarihidden gematau permata tersembunyi yang sedang tren di dunia wisata saat ini.

Keindahan Leuwi Tonjong sudah terbukti. Pada 2018, berhasil meraih juara II dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018 untuk kategori Surga Tersembunyi. Sejak itu pihak pemerintah Kabupaten Garut dan masyarakat mulai membangun tempat ini menjadi destinasi untuk menarik wisatawan.

Leuwi Tonjong menawarkan ketenangan dari hiruk pikuk manusia. Yang terdengar di sini hanyalah nyanyian alam berupa gemercik riak alir dari Sungai Cihurip. Suara lainnya adalah suara burung-burung yang ada di pepohonan di sekitar lubuk.

Kataleuwidantonjongsendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti sungai dan dua tebing batu yang ada di tempat wisata ini.

Wisata alam ini adalah sebuah lubuk yang tidak terlalu dalam dengan air yang jernih. Air Sungai Cihurip seakan membelah dua tebing baru setinggi mencapai 90-120 meter timur laut dan barat daya. Hampir di ujung tebing terdapat air terjun setinggi 2 meter yang jatuh menciptakan suara air yang jatuh.

Dua tebing yang menjulang itu berlumut juga ditumbuhi rumput. Di beberapa tempat batu-batu penyusunnya terlihat terbuka. Tebing terjal dengan kemiringan sekitar 80 derajat yang dibelah oleh sungai, bukit hijau dan langit biru menghadirkan harmonisasi alam alam nan epik.

Di lubuk seluas kurang lebih 1.000 meter persegi ini memiliki kedalaman yang bervariasi. Pada bagian yang agak dalam biasanya dipakai untuk berenang. Sedangkan dari tebing batu pengunjung biasanya melompat dari ketinggian jatuh di air yang jernih.

Lubuk ini juga dipenuhi batu-batu kecil dan juga besar. Dari atas batu yang besar pengunjung dapat melihat ke aliran Sungai Cihurip yang diapit dua tebing. Titik ini menjadi pemandangan terindah yang bisa di tempat ini. Biasanya wisatawan akan menjadikan latar belakang foto yang menakjubkan.

Pengelola yang berasal dari warga sekitar juga menyediakan rakit. Transportasi yang dikenal juga sebagaigetekini bisa digunakan oleh wisatawan yang ingin menyusuri sungai. Masih dengan rakit, wisatawan bisa meluncur ke antara tebing, melihat pesona tebing dari dekat atau mendekati air terjun.

Dari dekat tebing ini jangan lupa berpose di atas rakit. Di dalam foto, akan tampak panorama batu-batu tebing berwarna kombinasi coklat hitam, dan abu-abu, seolah menciptakan lukisan abstrak. Ditambah dengan hijaunya lumut dan rumput menghadirkan warna-warna kontras.

Leuwi Tonjong tidak hanya sekedar bisa dinikmati keindahan alamnya. Di sini, wisatawan bisa berenang dan bermain air. Waktu paling baik adalah ketika musim kemarau, karena air dari sungai masih jernih dan dangkal. Tapi perlu hati-hati saat melangkah karena beragam bebatuan siap menyambut kaki telanjang, mulai dari batu kerikil tajam hingga bebatuan berlumut yang licin.

Rute Menuju Lokasi

Untuk mencapai Leuwi Tonjong dari arah pusat Kota Garut caranya dengan mengikuti arah jalan menuju Kecamatan Pameungpeuk. Namun sebelum sampai ke Pameungpeuk, belok kiri menuju Kecamatan Cihurip. Selanjutnya perjalan diarahkan ke Desa Jayamukti. Perjalanan ini berlangsung selama 2,19 menit jam dengan menempuh jarak 61,4 kilometer.

Setelah tiba di Desa Jayamukti, perjalanan dilanjutkan menuju Kampung Rontong tempat Leuwi Tonjong berada. Di kampung ini dapat memarkirkan sepeda motor atau mobil karena jalan menuju ke tempat wisata ini tidak dapat diakses dengan kendaraan bermotor.

Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalanya sudah dibuat dengan campuran batu dan semen. Di kanan kiri juga telah dibangun pagar besi untuk keselamatan pengunjung. Perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki selama 15-20 menit, sebelum sampai di di bibir lubuk.

Jalan kaki melalui hutan dan perkebunan. Pepohonan bambu, aren, pisang, dan tumbuhan semak menghiasi sepanjang perjalanan. Bonus pemandangan ini membuat wisatawan seolah tidak terasa sampai di lokasi. Suara air yang terdengar menjadi penanda mendekatanhidden gemyang dicari.

Perjalanan ini harus melewati jalan yang saat ini sudah mulai dibangun dengan material batu alam dan semen sebagai pengikat. Wisatawan harus bertemu dengan banyak jalan bercabang sehingga harus banyak bertanya agar tidak salah arah.

Harga tiket masuk (HTM) kawasan ini dibagi menjadi dua jenis, yakni saat hari kerja dan hari libur. Namun, harganya masih tergolong murah dan terjangkau. Pada Senin hingga Jumat, HTM sebesar 10 ribu rupiah, dan pada Sabtu-Minggu dan libur nasional, HTM sebesar 15 ribu rupiah.

Karena berada di wilayah yang tersembunyi, Leuwi Tonjong belum banyak memiliki fasilitas. Beberapa yang sudah dibangun adalah semacam gazebo untuk berteduh di dekat bibir lubuk. Fasilitas umum seperti toilet, warung, dan musala sederhana telah tersedia di lokasi.

Leuwi Tonjong memang pantas disebut surga tersembunyi di Garut. Kondisi alam yang asri dan sungai yang jernih menjadi aset terpenting dari destinasi ini. Untuk menjaga keasriannya wisatawan perlu menjaganya dengan tidak merusak lingkungan kawasan tersebut atau meninggalkan sampah.hay/I-1

Curug Jagapati dan Air Terjun Zig-zag Empat Tingkat

Setelah puas menikmati Leuwi Tonjong, petualangan wisata kita bisa dilanjutkan ke Curug Jagapati yang jaraknya hanya 1,5 kilometer. Destinasi ini juga menawarkan suasana tenang untuk menyegarkan pikiran yang beralamat di Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut.

Daya tarik air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 50 meter lebih ini memiliki empat tingkat. Tingkat-tingkat ini berbentuk zig-zag baik ke arah kanan dan arah kiri, menciptakan anak tangga alami yang unik ketika dilihat.

Selain itu airnya yang sangat jernih, membuat wisatawan puas mandi dan berenang di dalam airnya yang sejuk. Didukung dengan pemandangan tebing hijau di sekelilingnya, membuat aktivitas mandi menyegarkan sekaligus memenangkan.

Sumber air Curug Japati berasal dari Gunung Limbung. Air ini kemudian mengalir mengikuti anak-anak sungai sebelum sampai di aliran utama Sungai Cilimbung. Aliran air ini nantinya akan bergabung dengan Sungai Cisanggiri yang airnya berakhir bermuara di Samudra Indonesia di selatan Garut.

Nama Jagapati sendiri artinya pengawal/penjaga. Penamaan itu merujuk pada aliran air Sungai Cilimbung yang melewati curug ini menjadi nyawa bagi lingkungan kehidupan di hilir. Jika air di curug ini tercemar atau lingkungannya rusak, maka ekosistem di hilirnya juga akan terancam rusak dan mengalami kekeringan.

Di dasar air terjun terdapat kolam atau lubuk. Biasanya kola mini digunakan oleh pengunjung untuk berenang maupun berendam. Pada saat kemarau, air kolam tersebut akan berwarna hijau toska. Debit air terjunnya yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil, sangat cocok bagi pengunjung yang ingin bermain air.

Namun yang unik warga di sekitar kawasan curug ini memiliki kepercayaan untuk tidak mengunjungi Curug Jagapati pada Selasa dan Jumat. Jika tetap berkunjung di hari tersebut, pasti akan ada hambatan atau kecelakaan yang cukup sulit.

Pemandangan hijau di sekitar curug menjadi pemandangan indah di foto. Ada beberapaspotyang bisa dipilih untuk mengabadikan momen liburan yang menyenangkan di Kabupaten Garut ini. Salah satu yang menjadi favorit para pengunjung adalah dengan berfoto dengan latar belakang air terjun.

Untuk menuju lokasi curug setelah sampai di Desa Neglasari wisatawan harus berjalan kaki karena mobil hanya akan sampai pada tempat parkir saja. Selanjutnya harus melewati persawahan dan kebun teh sepanjang jalan menuju ke curug.

Setelah berjalan kaki selama 20 menit melewati kebun warga, maka dari kejauhan akan terlihat penampakan curug Jagapati yang anggun dan cantik jelita. Dari sini dilanjutkan dengan jalan kaki menuruni anak tangga.hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top