Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Laporan ILO

Lebih dari 250 Juta Lapangan Kerja Raib Pada 2020

Foto : AFP/FABRICE COFFRINI

Dirjen ILO, Guy Ryder

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Pandemi virus korona telah mengakibatkan raibnya lapangan kerja global yang setara dengan jumlah lebih dari seperempat miliar pada tahun lalu. Hal itu dilaporkan sebuah badan yang bernaung di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada awal pekan ini.

Berdasarkan kajian terkini yang dilakukan International Labour Organization (ILO) ditemukan bahwa sebanyak 8,8 persen jam kerja secara global telah hilang pada 2020 jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja pada tahun sebelumnya. Persentase itu setara dengan lebih dari seperempat miliar lapangan kerja yang raib.

"Raibnya jam kerja itu itu setara dengan 255 juta pekerjaan waktu penuh. Ini nyaris empat kali lebih besar dari raibnya lapangan kerja saat terjadi krisis moneter pada 2009," demikian pernyataan ILO.

Sementara itu Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder, dalam konferensi pers virtual menyatakan bahwa fakta ini merupakan krisis paling buruk yang dialami dunia kerja. "Ini merupakan krisis paling buruk sejak masa depresi besar-besaran pada era 1930-an," ucap Ryder.

Sejak pandemi muncul setahun lalu di Tiongkok, virus korona telah menewaskan lebih dari 2,1 juta jiwa, menginfeksi puluhan juta orang serta telah menghantam perekonomian global.

Dalam penjelasannya, ILO menyatakan sekitar separo jam kerja yang hilang diperoleh dari pengurangan jam kerja terhadap pegawai yang masih bekerja saat ini. "Namun angka pengangguran dunia tahun lalu pun berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," imbuh ILO.

Menurut ILO, angka resmi jumlah pengangguran jika digenapkan mencapai 1,1 persen atau ada tambahan 33 juta angka pengangguran hingga totalnya berjumlah 220 juta, sementara angka pengangguran di seluruh dunia tahun lalu mencapai 6,5 persen.

Dalam penjelasannya, Ryder menegaskan bahwa 81 juta orang yang tersisa tak dicatat sebagai pengangguran, namun telah keluar dari dunia kerja. "Tak diketahui mengapa mereka tak bekerja. Mungkin karena adanya pembatasan atau kewajiban sosial terkait pandemi, atau juga karena mereka telah menyerah untuk mencari pekerjaan lainnya. Ini mengakibatkan pula raibnya talenta, kecakapan, dan energi para pekerja dan semua itu merugikan kita semua," ucap Ryder.

ILO juga melaporkan bahwa hilangnya jam kerja tahun lalu otomatis telah memangkas pendapatan kaum pekerja sebesar 8,3 persen. "Persentase itu berarti terjadi kehilangan pendapatan sekitar 3,7 triliun dollar AS atau ada penyusutan 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) global.

Generasi yang Hilang

Telah adanya sejumlah vaksin Covid-19 telah memunculkan harapan bahwa dunia akan segera bisa bangkit dari pandemi ini. Namun ILO mewanti-wanti bahwa prospek pemulihan lapangan pekerjaan global pada tahun ini masih mengalami perlambatan, tak seimbang dan bahkan masih diliputi ketidakpastian.

Dalam pemaparannya, ILO menyatakan ketidakseimbangan dalam dunia kerja akan amat mempengaruhi dan akan amat terasa oleh kaum perempuan dan pekerja muda.

Secara global, pekerja perempuan yang kehilangan pekerjaan tahun lalu angkanya mencapai 5 persen sementara pekerja pria yang kehilangan pekerjaannya mencapai 3,9 persen saja. Sementara pekerja muda yang kehilangan kerja pada tahun lalu angkanya mencapai 8,7 persen, sementara pekerja yang lebih senior yang kehilangan pekerjaannya angkanya sebesar 3,7 persen.

"Ada banyak pekerja muda yang amat kesulitan masuk ke dunia kerja tahun lalu karena kondisi yang amat pelik. Ini patut diperhatikan karena semua ini bisa mengarah pada risiko bakal terjadinya generasi yang hilang," pungkas ILO. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top