Lebih Banyak dari Indonesia, Kasus Baru Covid-19 di Malaysia Meningkat 3.589 pada 8 Juli 2022
Tangkapan layar Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin saat memberikan keterangan pers terkait situasi kasus COVID-19 di Malaysia secara daring diakses dari Kuala Lumpur, Jumat (8/7).
KUALA LUMPUR - Kementerian Kesehatan Malaysia mencatat ada peningkatan 3.586 kasus lokal baru Covid-19 dan tiga kasus impor baru pada Jumat (8/7), pukul 23.59 waktu setempat.
Dalam portal resmi Pemerintah Malaysia CovidNow yang diakses dari Kuala Lumpur, Sabtu (9/7), kasus aktif Covid-19 di negara tersebut bertambah 1.359 sehingga total kasus aktif menjadi 35.198.
CovidNow juga mencatat ada delapan pasien meninggal dunia karena Covid-19. Sementara angka kesembuhan bertambah 2.224 pasien, sehingga total akumulatif angka kesembuhan mencapai 4.518.912 orang.
Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin sebelumnya mengatakan Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) sedang memantau 13 kasus subvarian Omicron yang secara kumulatif hingga Juni 2022 mencapai 13 kasus di negara tersebut. Ada enam kasus subvarian BA.2.12.1, lima kasus BA.5 dan dua kasus BA.5.2.
Semua kasus tersebut terdeteksi pada bulan Mei dan Juni 2022. Namun hingga saat ini tidak terdeteksi subvarian Omicron BA.4 di Malaysia.
Meski demikian, KKM memprediksi akan terjadi peningkatan kasus Covid-19 yang disebabkan terutama oleh Omicron BA.5. Itu karena versi virus itu merupakan yang paling mudah merebak saat ini jika dibanding varian Omicron sebelumnya yaitu BA.1 dan BA.2.
Mereka yang telah menyelesaikan vaksinasi Covid-19 atau sebelumnya telah terinfeksi Covid-19 lebih mungkin untuk terinfeksi ulang dengan varian itu. Menurut Khairy, itu yang akan diprediksi menyebabkan peningkatan kasus dalam beberapa minggu ke depan.
Situasi seperti itu juga telah mengakibatkan peningkatan penerimaan kasus Covid-19 di rumah sakit seperti Singapura, Portugal dan Britania Raya.
Namun data dari Amerika Serikat dan Israel menunjukkan bahwa individu yang telah menyelesaikan vaksinasi dosis primer dan menerima dua dosis booster, terutama pada kelompok usia 60 tahun ke atas, memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada mereka yang hanya memiliki satu dosis booster.
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya