Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lawan Berat Adang Atlet Indonesia di Malaysia Masters 2019

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menatap persaingan ketat di awal tahun 2019, skuat bulu tangkis Indonesia sudah dihadapkan dengan sejumlah penempatan undian sulit pada ajang Malaysia Masters 2019. Kejuaraan yang bakal dihelat pada 15 hingga 20 Januari 2019 itu, akan mencuatkan beberapa situasi sulit yang harus dilakoni atlet-atlet Merah Putih saat mengawali pertarungan di Axiata Arena, Kuala Lumpur.

Dari lima sektor yang tersaji, praktis hanya di tunggal putri yang tak menempatkan wakil Indonesia masuk dalam deretan unggulan. Pilar putri andalan Pelatnas Cipayung, Gregoria Mariska Tunjung sudah ditantang bintang Thailand, Ratchanok Intanon yang merupakan unggulan keenam di babak pertama.

Di tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto menjadi unggulan keenam dan delapan. Ginting ditantang pemain Thailand, Khosit Phetpradab sedangkan Tommy ditunggu wakil Malaysia, Daren Liew.

Satu tunggal putra Indonesia lainnya yakni Jonatan Christie akan bertemu andalan Denmark, Jan O Jorgensen.

Sementara dari ganda campuran, racikan baru menampilkan Tontowi Ahmad/Debby Susanto. Pasangan ini akan ditantang duo Inggris, Lauren Smith/Marcus Ellis. Sedangkan ada juga wakil Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Ronald Alexander/Annisa Saufika.

Untuk sektor ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon jadi unggulan pertama akan berhadapan wakil dari fase kualifikasi. Sedangkan Fajar Alfian/M Rian Ardianto sebagai unggulan lima berada di kotak bersama duet India, Sumeeth Reddy/Manu Attri.

Sementara itu, padatnya jadwal bertanding dalam pentas bulu tangkis dunia mencuatkan sejumlah reaksi negatif. Tiga maestro tunggal putri dunia Carolina Marin dan duet penggawa India, Saina Nehwal serta PV Sindhu. Trio ratu tunggal putri itu mengkritik sistem penjadwalan pertandingan yang dikelola Badminton World Federation (BWF).

Marin, Nehwal, dan Sindhu menyebut jumlah kompetisi yang diadakan dalam satu tahun kalender kompetisi berkontribusi pada masalah cedera para pemain.

Hal itu terjadi setelah BWF menerapkan aturan yang mewajibkan 15 pemain putra dan putri top bersaing dengan minimal 12 turnamen dalam setahun. Para bintang tersebut menyebut BWF seharusnya meniru konsep kompetisi tenis dengan model kompetisi Grand Slam. Mereka mempertanyakan frekuensi pertandingan BWF dan menyarankan agar menggelar "empat atau lima event Grand Slam" setiap tahun.

"Jika Anda ingin menjadi profesional, mereka tidak dapat melakukan ini kepada para pemain. Saat ini mereka memaksa pemain untuk memainkan begitu banyak turnamen dan kami cedera," kata Marin, juara dunia 2018 kepada Times of India.

Sindhu, yang memenangkan Final Tur Dunia BWF awal bulan ini, mengklaim pengurangan jumlah turnamen akan membantu para pemain menghindari cedera dan juga meningkatkan standar pertandingan. Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top