Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
mpor Sampah Plastik

Larangan Tiongkok Picu Kekacauan Global

Foto : AFP/Mohd RASFAN

Tumpukan Plastik l Tumpukan sampah plastik berserakan di dalam pabrik daur ulang yang telah ditinggalkan di Kampung Jenjarom, Distrik Kuala Langat, pinggiran Kuala Lumpur, Malaysia pada awal Maret lalu. Sampah plastik ini diduga didatangkan dari AS dan Australia.

A   A   A   Pengaturan Font

JENJAROM - Larangan pemerintah Tiongkok atas impor limbah plastik dunia, telah membuat krisis kekacauan global dibidang daur ulang. Larangan itu menjadikan terjadinya tumpukan sampah kemasan plastik kotor yang memenuhi komunitas kecil di Asia Tenggara hingga limbah plastik yang menumpuk di pabrik pengolahan sampah mulai dari kawasan Amerika Serikat (AS) hingga ke Australia.

Selama bertahun-tahun, Tiongkok menerima sebagian besar plastik bekas dari seluruh dunia, mengolahnya menjadi bahan berkualitas lebih tinggi yang dapat digunakan oleh produsen. Namun pada awal 2018, Negeri Panda menutup pintunya untuk hampir semua sampah plastik asing serta bisnis daur ulang lainnya, dalam upaya untuk melindungi lingkungan lokal dan kualitas udara.

Keputusan yang amat drastis itu membuat negara-negara maju lain kebingungan untuk menemukan tempat untuk mengirim limbah plastik mereka.

"Ini seperti gempa bumi," kata Arnaud Brunet, direktur jenderal untuk kelompok industri yang berbasis di Brussels, The Bureau of International Recycling, Selasa (23/4). "Tiongkok adalah pasar terbesar untuk daur ulang. (Disetopnya impor) telah menciptakan kejutan besar di pasar global," imbuh dia.

Alih-alih dikirimkan ke Tiongkok, limbah plastik saat ini dialihkan dalam jumlah besar ke Asia Tenggara, dimana Tiongkok telah mengalihkan bisnis daur ulang secara massal ke kawasan ini.

Karena populasi minoritas Tionghoa yang amat besar, Malaysia jadi pilihan utama pebisnis Tiongkok bagi lokasi daur ulang yang ingin pindahkan, dan data resmi menunjukkan impor plastik naik tiga kali lipat dari 2016 menjadi 870.000 ton pada tahun lalu.

Di Kampung Jenjarom yang lokasinya tidak jauh dari Kuala Lumpur, pabrik pemrosesan plastik tiba-tiba muncul dalam jumlah besar, terlihat dengan adanya aktivitas pabrik yang mengeluarkan asap berbahaya siang dan malam.

Di luar pabrik itu terlihat gundukan sampah plastik kian menggunung di tempat terbuka yang berasal dari Jerman, Amerika Serikat, dan Brasil, padahal pabrik itu telah berupaya secara maksimal untuk mendaur ulang.

Selain merusak pemandangan, warga setempat pun mengeluhkan soal bau menyengat dari proses daur ulang plastik. Juru kampanye lingkungan mengatakan bahwa bau menyengat itu berasal dari asap pembakaran sampah plastik yang terlalu rendah kualitasnya untuk didaur ulang.

"Warga sekitar diserang oleh asap beracun yang bisa membangunkan mereka di malam hari. Banyak dari mereka yang batuk," kata Pua Lay Peng, warga setempat.

Pua dan warga Jenjarom lainnya pada pertengahan 2018 lalu menemukan bahwa sekitar 40 pabrik pengolahan yang dicurigai, banyak di antaranya beroperasi secara diam-diam dan tanpa izin yang tepat.

Laporan Greenpeace

Berdasarkan laporan Greenpeace, selain ke Malaysia, limbah plastik dari Australia, Eropa, dan AS, yang tadinya dikirimkan ke Tiongkok, diduga telah dialihkan pengirimannya ke Vietnam, Thailand, Indonesia, bahkan ke Turki.

Aliran limbah plastik antarnegara ini bergulir amat cepat sebab pabrik yang menampung sampah plastik di Australia, AS, dan Eropa, sudah kehabisan lahan dan membutuhkan biaya lebih besar untuk menampung sampah-sampah plastik yang tiada henti mengalir. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top