Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kenaikan Harga - Perbaikan Pendataan Ketersediaan Bahan Pangan Sangat Diperlukan

Langkah Antisipasi Masih Lemah

Foto : ANTARA/Hafidz Mubarak A
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta akarta akartaakarta - Pemerintah dinilai masih lemah dalam mengantisipasi kenaikan harga daging menjelang lebaran. Hal itu seiring dengan meroketnya harga daging ayam dan daging sapi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya di tanah air. Kenaikan itu sangat signifikan dua hari menjelang hari raya Idul Fitri.

Penasihat ahli Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Gunawan mengakui kenaikan harga selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri terjadi karena meningkatnya permintaan. Akibat peningkatan permintaan tersebut, harga sengaja dinaikkan untuk meraup untung banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan instabilitas harga dan pasokan yang mana pemerintah berdasarkan Undang-Undang Pangan diberi kewajiban dan kewenangan untuk menstabilkan harga dan pasokan.

Kejadian ini terus berulang sehingga pemerintah seharusnya sudah memiliki perencanaan terkait ketersediaan, keterjangkauan dan keamanan daging bagi masyarakat. "Kenaikan harga ini karena pemerintah masih belum singkron antara swasembada dan kebutuhan impor," tegas Gunawan di Jakarta pada Rabu (13/6).

Menurut Gunawan, untuk mengantisipasi hal ini di kemudian hari, diperlukan pendataan dalam rangka mencukupi ketersediaan. Dirinya mengingatkan tidak semua ternak masyarakat akan dijual. Ada juga sebagai bagian dari tabungan. Hal ini harus dibedakan pendataannya dalam menghitung stok daging.

Selain memperkuat pendataan, sentra peternakan yang perlu diperluas tetapi tetap mempertimbangkan aspek keterjangkauannya, mekanisme distribusi yang cepat, serta menggelar operasi pasar pada waktu yang tepat. Sebagaimana diketahui, harga daging ayam dan daging sapi melonjak naik pada H-2 lebaran.

Di Jakarta misalnya, harga daging ayam naik signifikan hingga menyentuh 45.000 rupiah per kilo gram (kg), itu lebih tinggi dari harga yang dipatok Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang hanya 33.000 rupiah per kg. Adapun harga daging sapi juga kini menembus 150 ribu rupiah per kg. Jauh dari biasanya yang hanya di level 120 ribu rupiah perkg.

Selain daging, kenaikan juga terjadi pada bawang merah yang menyentuh 45.000 rupiah per kg, padahal sebelumnya hanya dipatok hingga 40.000 rupiah per kg. Demikian pun dengan harga cabai merah besar yang naik menjadi 80.000 rupiah per kg dari sebelumnya hanya 40.000 rupiah per kg.

Intervensi Pasar

Selain Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), pihak swasta juga turut serta mengintervensi pasar melalui operasi pasar (OP). Hal itu dilakukan oleh PT. Indoguna Utama perusahaan distributor daging asal Jakarta ini mengelar operasi pasar daging murah di Provinsi Banten, Jakarta serta belasan titik lainnya di seluruh Indonesia.

Perusahaan tersebut bekerja sama dengan Toko Tani Indonesia (TTI) di bawah koordinasi Kementerian Pertanian (Kementan). Direktur Utama, PT Indoguna Juard Effendi mengatakan, untuk operasi pasar ini, setiap hari pihaknya menghabiskan sekitar 10-15 ton daging sapi beku diwilayah Banten dan sekitarnya.

Operasi pasar daging murah dipadati pembeli dengan antrian panjang dan tertib karena daging sapi dijual dengan harga 80 ribu per kg, sementara di pasar, harganya sudh mencapai 130-150 ribu rupiah per kg. "Berapapun kebutuhannya, kita akan penuhi. Setidaknya ini bisa menahan kenaikan harga daging di pasar dan masyarakat sangat terbantu dengan adanya pasar daging murah ini," tutup Efendi.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top