Labuan Cermin, Danau Dua Rasa dengan Air Sebening Kaca
Foto: KemenparekrafBukan hanya pesona airnya yang sebening kaca yang menarik wisatawan untuk berkunjung di Danau Labuan Cermin, lebih dari itu itu danau ini memiliki keunikan berupa dua lapisan air yaitu tawar dan asin yang dihuni jenis ikan berbeda.
ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini/Rei/nz/14.
Pernah melihat perairan sebening kaca? Jika belum, Anda bisa datang ke Danau Labuan Cermin (DLC), sebuah laguna tepatnya yang beralamat di Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk Biduk, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Jarak DLC dengan Tanjung Redeb, pusat kota Kabupaten Berau, memang lumayan jauh. Jaraknya 231,6 kilometer atau dengan waktu tempuh 5 jam 23 menit melewati Jalan Talisayan, sebuah rute yang melewati jalan pesisir barat Kalimantan yang menghadap Laut Sulawesi.
Setelah melewati kota Kecamatan Biduk Biduk lalu menyeberangi jembatan, perjalanannya berhenti di Labuan Kelambu. Dari sini pengunjung harus menggunakan perahu sewa untuk menuju lokasi. Perahu akan menyusuri teluk menuju danau yang letaknya di ujung dan dikelilingi oleh hutan lebat.
Perjalanan dengan perahu biasanya berupa perjalanan pergi-pulang. Dengan cara ini pengunjung bisa mengeluarkan tarif yang lebih murah apalagi jika berkunjung ke DLC secara berombongan dengan keluarga atau teman.
Namun perjalanan darat yang lama dikombinasikan dengan menaiki perahu, dijamin tidak akan mengecewakan. Sesampainya di lokasi umumnya wisatawan akan terpana akan berbagai unsur-unsur keindahan yang menyatu menciptakan pesona alam yang tiada tara.
Air DLC sendiri sangat jernih baik pada bagian bawah dan atas. Meski terlihat dangkal, wisatawan diminta untuk tetap waspada jangan sampai jatuh bagi mereka yang tidak bisa berenang karena kedalaman danau ini sebenarnya mencapai 4 hingga 5 meter.
Selain itu karena begitu jernihnya, bagian dalam danau ini terlihat jelas dari atas perahu yang ditumpangi wisatawan di atasnya. Bahkan jika dilihat perahu ini seolah melayang karena airnya hampir tidak terlihat menutupi lambung bawah perahu.
Kejernihan DLC membuat cahaya matahari memantul ke permukaannya, yang menjadikannya dinamakan demikian. Cahaya yang terpantung dapat terjadi karena karena air bagian atas memiliki rasa tawar, sementara air bagian dasar danau terasa asin.
Fenomena dua rasa tersebut dijuluki sebagai danau meromictic (meromictic lake) yaitu danau yang lapisan airnya tidak saling bercampur. Istilah ini dicetuskan oleh Ingo Findenegg dari Austria pada tahun 1935.
Perbedaan berat jenis air tawar dan asin membuat perairan ini memiliki dua lapisan pemisah sekaligus dikenal dengan sebutan Danau Dua Rasa. Hebatnya lagi kondisi ini membuat air danau dapat memantulkan cahaya matahari seperti hanya cermin kaca.
Yang menjadikan DLC lebih menarik lagi, pemandangan di sekitarnya sangat menenangkan. Dikelilingi pepohonan rimbun alami membuat suasana sangat teduh. Pemandangan hijau ini menciptakan warna kontras dengan warna hijau toska air danau.
Bukan hanya semata menikmati keindahan danau, di DLC pengunjung dapat melakukan aktivitas berenang, snorkeling dan juga menyelam. Saat di melihat ke bawah dengan cara tersebut akan terlihat beberapa ikan yang berenang tidak jauh dari permukaan dan ada pula yang jauh di dasarnya.
Di bagian permukaan yang tawar menjadi habitat bagi ikan-ikan air tawar. Sedangkan bagian bawah dengan adanya kadar garam atau memiliki salinitas menjadi habitat bagi ikan air laut. Sebagai laguna, danau ini memang terhubung dengan air laut.
Untuk melihat keunikan ini sebelum menuju ke DLC disarankan untuk membawa peralatan snorkeling sendiri. Namun jika terpaksa lupa membawa di Labuan Kelambu tempat perahu disewakan untuk menuju dimana berdiri beberapa toko penyewaan alat snorkeling beserta pelampungnya.
Jika tidak ingin melakukan snorkeling ada pilihan lainnya yaitu bermain air atau bersantai di atas ban. Di LBC tersedia tempat penyewaan ban yang berasal dari ban dalam mobil. Selain itu tersedia perahu air yang memiliki kaca transparan untuk melihat pemandangan.
Destinasi Unggulan
DLC saat ini memiliki pagar pembatas yang dibuat pada pertengahan tahun 2022. Sehingga untuk menuju ke lokasi yang dulunya diantara secara langsung perlu sedikit berjalan beberapa meter, melewati jalan dari kayu yang dibangun di tepi danau.
Pembangunan pagar ini karena wisatawan sempat dihebohkan dengan buaya muara berukuran 4,7 meter yang berjemur di permukaan pasir putih di bagian hilir teluk ini. Untuk mengantisipasi agar tidak masuk ke danau dan menyerang wisatawan maka dibuat pagar pembatas dengan kerapatan tertentu untuk menghambat buaya masuk ke lokasi wisata ini.
DLC memang cukup jauh dari perkotaan. Bagi mereka yang merasa lelah untuk kembali hari itu juga, bisa menginap. Di kota Kecamatan Biduk Biduk atau di Pantai Biduk Biduk yang tidak jauh dari lokasi, tersedia beberapa penginapan dengan harga penginapan yang beragam, yaitu mulai dari seratus ribu rupiah hingga tiga ratus ribu rupiah per malamnya.
Bagi para petualang bisa juga menginap di rumah warga di sekitar Biduk Biduk. Di tempat ini tersedia beberapa homestay atau rumah singgah yang disewakan kepada para wisatawan dengan harga yang lebih terjangkau antara 100 hingga 200 ribu rupiah.
Yang menarik di DLC wisata yang buka dari 08.00 hingga 17.00 Wita, tidak mengenakan biaya tiket masuk atau bisa dikatakan gratis. Namun demikian mereka perlu menyewa perahu sebagai alat transportasinya menuju lokasi. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Menko Zulkifli Tegaskan Impor Singkong dan Tapioka Akan Dibatasi
- 2 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 3 Peneliti Korsel Temukan Fenomena Mekanika Kuantum
- 4 Literasi Jadi Kunci Pencegahan Pinjol Ilegal dan Judol
- 5 Siaga Banjir, Curah Hujan di Jakarta saat Ini Hampir Sama dengan Tahun 2020
Berita Terkini
- BMKG Ungkap Selama Januari 2025, Kalimantan Sudah Diguncang Gempa Sebanyak 10 Kali
- Mendikdasmen: Guru Penentu Utama Kualitas Pendidikan
- Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- MU di Bawah Ruben Amorim Incar 5 Pemain Baru
- BBMKG Imbau Warga Waspadai Gelombang Laut Setinggi hingga 6 Meter di Selatan Bali