Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan Global

Laba Industri Tiongkok Tertekan Perang Dagang

Foto : AFP/STR/CHINA OUT

PENDAPATAN MENURUN - Aktivitas pekerja pabrik pakaian renang di Yinglin, Jinjiang, bagian timur Provinsi Fujian, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Pelaku usaha mengeluhkan menurunnya pendapatan akibat perang dagang AS-Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan laba dan pendapatan perusahaan sektor industri di Tiongkok merosot pada November 2018. Hal itu terutama disebabkan melemahnya permintaan domestik dan eksternal, serta meningkatnya risiko pertumbuhan ekonomi di Raksasa Ekonomi Kedua dunia itu.

Data yang suram itu menambah kekhawatiran akan hilangnya momentum ekonomi ke depan, akibat perselisihan perdagangan Beijing dengan Amerika Serikat (AS) semakin menekan sektor manufaktur Tiongkok yang besar.

Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok melaporkan, laba industri hanya mencapai 594,8 miliar yuan atau 86,33 miliar dollar AS pada November 2018. Ini berarti merosot 1,8 persen dibandingkan capaian 2017. Angka ini menandai penurunan pertama sejak Desember 2015.

Dalam sebelas bulan pertama tahun ini, keuntungan perusahaan industri hanya tumbuh 11,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya menjadi 6,1 triliun yuan.

Secara persentase, pertumbuhan laba industri melambat dibandingkan periode Januari-Oktober 2018 yang naik 13,6 persen.

Pelaku usaha menilai data tersebut menunjukkan dampak perang dagang dengan AS terakumulasi pada sektor manufaktur Tiongkok. Korporasi bersiap menghadapi tahun depan yang sulit, kemudian menunda rencana investasi.

"Penurunan laba mencerminkan melambatnya pertumbuhan penjualan dan harga produsen serta kenaikan biaya," ungkap He Ping, perwakilan NBS, Kamis (27/12).

Ekonom memperkirakan pendapatan masih akan terus memburuk pada 2019, terbebani oleh minimnya kenaikan harga industri dalam menghadapi permintaan yang landai, dengan risiko terjadinya deflasi.

Pada November 2018, pertumbuhan harga manufaktur Tiongkok melambat ke level terlemah dalam dua tahun terakhir, karena permintaan domestik kehilangan momentum. "Kelangsungan hidup adalah yang terpenting bagi kami (tahun depan). Kami akan lebih berhati-hati dengan investasi," Jiang Ming, Ketua Tianming Group yang bergerak di bidang kesehatan, konstruksi, dan keuangan.

Menurut dia, industri perlu mempertahankan arus kas, dan menyimpan amunisi untuk bersiap menghadapi masa sulit tahun mendatang.

Kembali Berunding

Sementara itu, Beijing, Kamis, mengatakan negosiator perdagangan dari Tiongkok dan AS berencana untuk berunding pada Januari nanti. Namun, enggan mengungkapkan tanggal dan tempat pasti pertemuan itu.

Bloomberg melaporkan, Deputi Perwakilan Dagang AS, Jeffrey Gerrish, akan memimpin tim AS untuk berunding pada 7 Januari, tahun depan. AFP/SB/WP

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top