Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kurikulum Pendidikan

Kurikulum Merdeka Permudah Guru

Foto : Antara

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri Anas

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri Anas, menekankan Kurikulum Merdeka bukan untuk mempersulit guru. Menurutnya, Kurikulum Merdeka justru untuk mempermudah proses pembelajaran.

Sehingga Bapak/Ibu guru bisa mewujudkan suasana belajar yang interaktif, bermakna, mendalam, dan si anak merasa menemukan dunia belajarnya di situ," ujar Zulfikri, dalam Silaturahim Merdeka Belajar di Jakarta, Minggu (29/1).

Dia mengungkapkan, nahkoda yang tangguh tidak pernah lahir dari laut yang tenang. Dia mengajak para guru agar menjadi 'nahkoda' yang Tangguh. "Semua persoalan yang kita hadapi saat ini akan mematangkan dan memperkaya kita sebagai guru. Sebab, guru-guru yang hebat tidak akan pernah lahir tanpa murid yang bermasalah," jelasnya.

Zulfikri menuturkan, sejak diluncurkan pada 2022 yang lalu, Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan oleh lebih dari 140 ribu sekolah. Kurikulum Merdeka yang dikembangkan untuk mendukung pemulihan pembelajaran ini dinilai lebih fleksibel, berfokus pada materi esensial, dan memberikan ruang lebih besar kepada pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.

Menurutnya, Kurikulum Merdeka mendorong peningkatan kualitas belajar peserta didik dan meningkatkan kualitas hubungan guru dengan para peserta didiknya.

Guru SMAN 1 Kota Bima, NTB, Taman Firdaus menerangkan Kurikulum Merdeka ini lahir dengan prinsip yang memerdekakan, memberdayakan, dan menguatkan kolaborasi.

Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI), Netti Herawati, mengatakan berdasarkan survei yang ia lakukan dengan Kemendikbudristek, dari 117.632 guru yang disurvei ada 29,6 persen guru yang belum pernah mengikuti pelatihan; 53,4 persen guru pernah mengikuti satu kali pelatihan; dan hanya 11 persen guru yang mengikuti dua kali pelatihan.

"Maka ini akan berbeda-beda penerimaannya, ada yang langsung menerima, menindaklanjuti dengan respons yang cepat, atau sebaliknya," ucapnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top