Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Efek kurang tidur bisa menimbulkan risiko terjadinya depresi dan stres yang tinggi. Sebuah penelitian di kalangan siswa, kurang tidur ternyata mempengaruhi kesehatan mental dan mengganggu kemampuan belajar mereka.

Kurang Tidur Pengaruhi Kesehatan Mental Siswa

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tidur bermanfaat bagi fungsi otak dan tubuh kita. Pada saat tidur, tubuh akan memperbaiki kerusakan sel, sehingga ketika bangun tidur tubuh menjadi segar dan berenergi memberi tenaga untuk kembali menjalani aktivitas.
Sebaliknya, kurang tidur (sleep deprivation) atau tidur non-restoratif, dapat memiliki segudang efek negatif terutama pada fungsi kognitif. Efek kurang tidur dapat mencakup gangguan memori dan penilaian, perubahan suasana hati, dan sakit kepala karena kurang tidur.
Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Nutrisi, Universitas Federal Mato Grosso, Brasil, menyatakan kualitas tidur yang buruk atau kurang tidur, berpengaruh pada kesehatan mental. Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan sebesar 65,5 persen siswa mengalami gangguan kesehatan mental.
Penelitian kepada 1.113 mahasiswa dan mahasiswi berusia 16 hingga 25 tahun yang belajar penuh waktu di universitas tersebut menunjukkan, mereka yang melaporkan gejala depresi hampir empat kali lebih mungkin menderita kebiasaan tidur yang tidak memadai.
Kantuk di siang hari yang berlebihan (excessive daytime sleepiness/EDS) adalah masalah di antara lebih dari setengah atau 55 persen mahasiswa. Dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal Annals of Human Biology, mereka dua kali lebih mungkin mengalami depresi atau mengalami tingkat stres sedang hingga tinggi.
Penulis memperingatkan faktor stresor seperti tuntutan kuliah, membuat mahasiswa rentan terhadap gangguan tidur. Hal tersebut mempengaruhi kinerja akademik dan kesehatan mereka.
Penelitian menyerukan pihak universitas itu untuk berbuat lebih banyak untuk mempromosikan kebiasaan tidur yang positif dan kesehatan mental yang baik.
"Gangguan tidur sangat berbahaya bagi mahasiswa karena terkait dengan beberapa efek negatif pada kehidupan akademis," kata penulis utama sekaligus peneliti dari Fakultas Nutrisi, Universitas Federal Mato Grosso, Brasil, Dr Paulo Rodrigues seperti dikutip The Guardian.

Gangguan Lain
Gangguan tidur lainnya berupa kegagalan dalam fokus dan persepsi, tingkat ketidakhadiran yang tinggi, dan terkadang berdampak pada drop out. Pihak kampus perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mengganggu kebiasaan tidur seperti stres akademik dan kehidupan sosial.
"Sangat penting untuk mengevaluasi dan memantau kebiasaan tidur, kesehatan mental, dan kualitas hidup mahasiswa untuk mengurangi risiko mengembangkan penyakit kronis lainnya," lanjut Rodrigues.
Pihak perguruan tinggi harus merencanakan pelaksanaan tindakan dan kebijakan kelembagaan. Ini untuk merangsang pengembangan kegiatan yang mempromosikan kebiasaan tidur yang baik dan bermanfaat bagi kesehatan mental mahasiswa.
Tidur yang tidak menentu yang banyak dilakukan mahasiswa merupakan faktor yang membuat mereka rentan terhadap kurangnya kualitas istirahat di malam hari. Menurut mereka tidur selama tujuh jam dengan waktu kuliah sembilan jam dianggap ideal bagi mereka.
Kurang tidur dan EDS pada mereka yang kuliah telah diidentifikasi oleh penelitian, tetapi hanya sedikit yang menyelidiki hubungan dengan stres atau depresi. Penelitian baru ini merupakan bagian dari studi longitudinal tentang gaya hidup dan kesehatan mahasiswa universitas dan menggunakan data dari 2016 dan 2017.
Peserta ditanya tentang kualitas tidur mereka, EDS, status sosial ekonomi, dan indeks massa tubuh (BMI) mereka juga dinilai. Data tersebut digunakan untuk memperkirakan tingkat hubungan antara kualitas tidur yang buruk/EDS dan gejala depresi dan tingkat stres yang dirasakan. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor ini dan masalah depresi dan tingkat stres sedang hingga tinggi.
Sejauh ini mekanisme dibalik gangguan tidur dan depresi belum diketahui. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah masalah kesehatan mental memicu kualitas tidur yang buruk atau sebaliknya.
Oleh karena itu, penulis menyarankan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami interaksi ini dengan lebih baik. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top