Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 16 Mar 2019, 01:00 WIB

Kuil Berlapis Emas di Jepang

Foto: istimewa

Selama ini, mungkin yang sering terdengar adalah istilah Masjid Kubah Emas. Di Depok, Jabar, juga ada. Negara lain seperti Malaysia juga punya. Malahan, Masjid Kubah Emas Brunei menjadi pusat wisata di Bandar Seri Begawan. Namun, di Jepang ternyata ada kuil emas. Dialah Kuil Kinkakau dengan nama resmi Kuil Rokuon.

Kuil ini sebenarnya sudah dibangun tahun 1397, tapi hancur karena kebakaran tahun 1950. Jadi, bangunan yang ada sekarang bukan asli, tapi hasil rekonstruksi ulang dengan dilengkapi taman. Nah, di tengah taman ini ada kolam dan bangunan emas di tengah kolam. Bangunan emas inilah yang menyedot wisatawan.

Kuil ini bisa dijangkau dari Jakarta naik Garuda Indonesia menuju Bandara Osaka (Kansai International Airport). Dari Bandara dilanjutkan naik kereta ke Kyoto sekitar satu jam. Dari stasiun Kyoto bisa lanjut naik bus dan turun di halte Kinkaku-ji-michi. Lalu dari sini, cukup berjalan kaki sekitar lima menit.

Kuil emas ini milik sekte Rinzai aliran Shokoku-ji dan berdiri di era Shogun ketiga Zaman Muromachi. UNESCO telah menetapkan kuil dengan artefak emas ini sebagai warisan budaya dunia.

Kuil terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama menjadi ruangan arsitektur kerajaan dari Zaman Heian. Lantai kedua merupakan ruangan samurai bergaya Butsuma. Lantai paling atas khusus untuk ruangan suci Buddha. Lantai dua dan tiga meling-meling apalagi kalau diterpa sinar matahari karena dilapisi emas juga.

Sedangkan para wisatawan biasa banyak yang memanfaatkan sisi selatan danau untuk berfoto dengan latar belakang kuil. Waktu paling tepat untuk berfoto adalah siang menjelang sore setelah matarahi berada di sisi selatan. Ini momen terbaik untuk mendapatkan pemandangan indah saat kuil sebagai background diterpa sinar matahari.

Pengunjung juga dapat ikut menikmati atau sekadar menyaksikan upacara minum teh di halaman kuil. Bangunan sengaja didirikan di lokasi ini karena tamu minum teh bisa menyaksikan bangunan saat mendapat sinar matahari pada sore hari. Pemandangannya indah sekali. Di dalamnya ada rak miring dan tiang kayu.

Kuil Mungil

Jepang memiliki sejarah panjang perjalanan untuk menjadi yang sekarang. Sisa-sisa budaya dan peninggalan-peninggalan sangat dihormati, dihargai, dan dipelihara dengan sangat baik. Salah satu peninggalan Jepang selain kastil adalah kuil yang kini banyak menjadi objek turistik. Malahan, akhirnya banyak mendatangkan devisa karena banyak wisatawan mancanegara tertarik melihat berbagai peninggalan kultural sejarah Jepang.

Awalnya, kuil-kuil di Jepang kebanyakan dibangun kaum "beragama" Shinto yang banyak dianut masyarakat setempat. Salah satu yang masih terjaga adalah kuil kecil Toyokuni Nakamura, Nagoya. Kuil dulu dibangun di tempat yang jauh dari keramaian. Namun, seperti di mana-mana, sekarang wilayah berkembang pesat. Daerah yang dulu terpencil, kini sudah ramai.

Demikian pula Kuil Toyokuni ini, sekarang berada di tengah Kota Nagoya. Bahkan terhimpit gedung-gedung modern. Namun kondisi bangunan kuil tetap utuh, tak tergusur gedung-gedung megah yang dibangun sebagai tuntutan zaman.

Secara historis, kuil Toyokuni di Taman Nakamura, barat Nagoya didirikan 1885 dalam semangat Hideyoshi Toyotomi (abad ke-16) yang diyakini dia lahir di situ. Pada awal pembangunan didirikan pula gerbang setinggi 24 meter, tak jauh dari Stasiun Nakamura Koen.

Taman Nakamura dibangun sebagai bagian dari Kuil Toyokuni dan diperluas tahun 1910 dengan konstruksi Museum Nakamura Park Memorial, sebuah bangunan dari kayu. Ini salah satu bangunan kayu yang tersisa di Jepang yang dibangun era Meiji. Saat dibangun sempat Putra Mahkota Yoshihito sempat berkunjung.

Seorang pakar yang membangun Kastil Kumamoto dan Kastil Nagoya bernama Kato Kiyomasa (1561-1611) diyakini juga lahir tak jauh dari Taman Nakamura. Pada bangunan bawah memang untuk kuil. Di lantai dua ada Museum Hideyoshi dan Kiyosama. Museum ini masih menarik bagi para pengagum Hideyoshi dan sejarah samurai Jepang. Mereka banyak berkunjung ke museum tersebut untuk mempelajari seputar tokoh Hideyoshi dan samurai.

Sesuai dengan namanya, Kuil Toyokuni, tentu tak bisa lepas dari tokoh Hideyoshi. Tokoh ini lahir sebagai anak petani di Desa Nakamura, Provinsi Owari (sebelah barat Prefektur Aichi). Dia lama mengabdi Oda Nobunaga dari tahap paling bawah sampai akhirnya menjadi orang kepercayaannya. Dia akhirnya nanti berhasil mempersatukan seluruh Jepang. Nah, sukses ini membuat kaisar menganugerahi gelar Toyotomi. Jadilah Toyotomi Hideyoshi.

Namun, kuil ini bukannya mulus saja karena sempat mau dihancurkan oleh bekas anak buah Hideyoshi bernama Tokugawa Ieyasu karena mungkin kalah populer. Ini berkat permohonan istri Hideyoshi, Nene. Zaman Edo terjadi penutupan Kuil Toyokuni sepanjang 269 tahun lamanya. Namun, ketika Kaisar Meiji berkuasa, kuil dibuka kembali berbarengan dengan kejatuhan Ieyasu.

Walau tidak menjadi tujuan utama, Kuil Toyokuni peninggalan klan Toyotomi ini tetap sering dimasukkan dalam paket wisata ke kawasan bersamaan dengan berbagai destinasi Kyoto. Sambil jalan-jalan menikmati kota kecil malah akan mendatangkan kesan tersendiri. Ini berbeda dengan kunjungan ke kota besar seperti Tokyo. wid/G-1

Mengunjungi yang Lebih Besar

Andai kurang puas berkunjung ke Kuil Nakamura yang kecil atau kuil emas yang lebih besar, pelancong dapat mengunjungi salah satu kastil terbesar Jepang. Lagi pula, kalau sudah sampai di wilayah Kyoto, rasanya belum komplet, andai tidak mengunjungi salah satu kastil terbesar Jepang yang juga masih ada kaitannya dengan Hideyoshi.

Dialah Kastil Himeji yang dibangun menjelang abad ke-16 berakhir, pada era Edo (awal abad 17). Luar biasanya, walau umurnya sudah lebih dari 400 tahun, Kastil Himeji tetap masih berdiri kokoh, tegar, dan anggun.

Lantainya yang mayoritas terbuat dari kayu sudah "membesi" halus sekali. Mungkin kalau di sini kualitasnya setara kayu hitam (besi) yang kini nyaris tinggal kenangan. Bahkan, struktur bangunan dan fungsi-fungsi awalnya masih utuh. Misalnya, lubang mengintip musuh yang berada di lantai bagian atas masih bisa berguna untuk melihat luar karena tidak ada musuh lagi.

Kastil megah tersebut telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Kastil ini benar-benar dirawat. Contoh saja, setiap pengunjung dilarang menggunakan sepatu. Pengelola menyediakan semacam kaos kaki untuk dipakai dari pintu awal. Pengunjung tak perlu kembali ke pintu masuk untuk mengambil alas kaki karena akan diantar pengelola di pintu akhir/keluar sembari mengembalikan kaos kaki.

Lalu, kapan waktu paling tepat untuk berkunjung ke Himeji? Kapan pun bisa. Namun, bila mau melihat bunga sakura, tentu saja musim semi karena itulah era bunga sakura yang banyak ditanam di sekitar kastil mekar dan melahirkan pemandangan sangat indah, atau pada musim gugur. Sebab lahan-lahan sekitar kastil juga ditanami pepohonan berdaun hijau di mana pada musim gugur daun-daunnya berubah warna kemerah-merahan. Di lapangan yang dulu untuk upacara militer sering diadakan pameran bunga atau bonsai bagus-bagus dan bisa dibeli. Tentu saja ada suvenir khas Jepang seperti katana/samurai kecil.

Untuk sampai di sini, pengunjung bisa dari Bandara Kansai (Osaka) naik kereta dan turun di Stasiun Himeja. Turis tinggal berjalan kaki sekitar 10 atau 15 menit menuju kastil. wid/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.