Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kuasai Nikel Dunia, Mengapa Ekonomi Indonesia Masih Sulit Tumbuh?

Foto : Getty Images

Nikel.

A   A   A   Pengaturan Font

Hilirisasi nikel di Indonesia manjadi sorotan usai Vlogger terkemuka Nas Daily menyinggung program hilirisasi nikel yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Vlogger pemilik nama asli Nurseir Yassin bercerita bahwa Indonesia merupakan rumah bagi salah satu bahan baku mobil listrik, yakni nikel yang merupakan bahan baku baterai kendaraan bertenaga energi terbarukan itu.

"Tahukah Anda bahwa sebagian besar bahan baku produksi Tesla hanya dari satu negara dan Anda tidak akan pernah menebak negara mana. Bahan bakunya itu sangat sulit didapatkan, kira kira 25% nikel di dunia hanya ada di satu negara, selamat datang di Indonesia," ujarnya dalam video yang diunggah di Instagramnya, dikutip Rabu (15/2).

Faktanya, Indonesia memang gudang nikel. Menurut Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada 2021, melaporkan 23 persen cadangan nikel dunia berada di Indonesia. Angka ini membawa Indonesia berada di peringkat nomor satu sebagai negara dengan cadangan nikel terbanyak di dunia, mengalahkan Australia dan Brazil.

Jika dibarengi dengan nikel limonite, Indonesia tercatat memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton nikel. Menurut Booklet Nikel yang dirilis Kementerian ESDM pada 2020, berdasarkan data United States Geological Survey (USGS), jumlah cadangan nikel RI mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia sebesar 139.419.000 ton nikel.

Dengan jumlah itu, Indonesia jauh meninggalkan Australia dengan cadangan nikel yang hanya mencapai 15%, membuatnya bertengger pada posisi kedua sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

Disusul Brazil dengan 8%, dan Rusia 5%. Cadangan nikel yang dimiliki Indonesia bahkan melebihi gabungan cadangan nikel sejumlah negara lainnya seperti Filipina,Tiongkok, Kanada, dan lainnya yang hanya menguasai 20% cadangan nikel dunia.

Meski begitu, Nas Daily menyelipkan kritik yang berkaitan dengan perdagangan nikel Indonesia yang dinilainya merugikan negara ini. Pasalnya, Indonesia yang merupakan gudang nikel dunia, dahulu hanya mengekspor nikel mentah saja sehingga keuntungan yang diperoleh dari industri tersebut tidak memuaskan.

Sedangkan Eropa yang menerima nikel dari Indonesia mampu memperoleh keuntungan yang lebih besar berkat kemampuan mereka memproduksi mobil.

"Eropa menjual mobil untuk mendapatkan banyak uang, sedangkan negara pemilik nikel hanya mendapatkan sedikit uang. Perdagangan dunia ini rusak," lanjutnya.

Kutukan Sumber Daya Alam

Apa yang dijelaskan Nas Daily memberi sedikit gambaran mengenai sebuah fenomena ironis yang dikenal dengan istilah "kutukan sumber daya alam".

Menulis pada laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Niki Pranata yang merupakan Analis Rencana Program dan Kegiatan LIPI mengartikan fenomena tersebut sebagai kondisi, di mana negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama yang tak terbarukan seperti minyak dan hasil tambang, cenderung lebih lambat pertumbuhan ekonominya jika dibandingkan dengan negara yang terbatas sumber daya alamnya.

Menurut pendapat para ahli seperti yang dikemukakan Niki menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya paradoks tersebut. Misalnya, kebergantungan yang tinggi terhadap harga komoditas, dan volatilitas nilai tukar mata uang yang dapat mengakibatkan shock dalam perekonomian karena umumnya harga komoditas ditentukan di pasar global.

Masalah internal juga bisa menyebabkan sebuah negara yang kaya SDA memiliki pertumbuhan ekonomi yang lemah. Misalnya, kegagalan inovasi akibat terlena akan kemudahan memperoleh pendapatan dengan ekstraksi SDA, menurunnya daya saing sektor lain akibat terlalu fokus pada sektor ekstraksi SDA, serta timbulnya korupsi dan ekonomi rente yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum pemerintah dan pengusaha dengan menggunakan momentum mudahnya pengumpulan pundi-pundi melalui pengerukan SDA.

Mematahkan Kutukan Melalui Hilirisasi

Melanjutkan videonya, Nas menjelaskan bahwa kebijakan hilirisasi nikel yang diprogramkan pemerintah Indonesia telah mendorong perusahaan kendaraan listrik untuk membangun pabrik baterai di tanah air. Langkah ini dinilainya sebagai jalan keluar karena bisa mencetak lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan negara.

"Setiap mobil baru yang kamu beli akan membuat banyak negara jadi kaya. Seperti itulah perdagangan global seharusnya berjalan. Setiap baterai dibuat dengan nikel ini," pungkasnya.

Menurut Patunru (2015) sebagaimana yang dikutip Ika (2017) dalam studi Kebijakan Hilirisasi Mineral: Reformasi Kebijakan untuk Meningkatkan Penerimaan Negara, hilirisasi sering disebut downstreaming atau value-adding, yang artinya upaya meredam ekspor bahan mentah dan sebaliknya mendorong industri domestik untuk menggunakan bahan tersebut karena meningkatkan nilai tambah domestik

Akhir Mei 2022, produsen mobil listrik ternama Tesla dilaporkan telah menyetujui pembangunan pabrik baterai dan kendaraan listrik di Indonesia. Persetujuan ini tercapai usai CEO Tesla, Elon Musk, bertemu dengan Presiden Jokowi di situs peluncuran SpaceX, Texas, Amerika Serikat (AS) pada pertengahan Mei 2022.

Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia, pada 19 Mei 2022 menuturkan bahwa Tesla telah setuju untuk membangun pabrik baterai dan kendaraan listrik di sebuah komplek industri di provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Batang.

Diketahui, program hilirisasi berhasil memberi nilai tambah bagi Indonesia. Menurut Jokowi, hilirisasi nikel di tanah air berhasil menciptakan nilai tambah lebih dari Rp320 triliun bagi industri nikel di Indonesia, dari yang tadinya hanya sekitar Rp18 triliun.

"Ini bolak balik saya ceritakan. Dulu US$ 1,1 miliar jual nikel mentah, atau Rp 18 triliun. Sekarang lebih dari Rp320 triliun, 18 kali lipat," kata Jokowi dalam Rapimnas KADIN 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (2/12/2022).

Bahkan menurutnya Jokowi, Indonesia bisa meraup lebih banyak pendapatan dari hilirisasi nikel mengingat Indonesia akan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik, dengan bahan baku yang sudah tersedia.

"Itu hanya urusan nikel mentah jadi stainless steel. Belum kalau jadi EV baterai, kalau jadi mobil atau pesawat, industrinya ada di sini, saya nggak tahu berapa puluh kali lipat," tegasnya.

Keberadaan hilirisasi nikel dinilai dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara. Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas bijih nikel dari gejolak harga. Selain peningkatan nilai tambah domestik, hilirisasi dinilai akan mampu menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top