Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Sistem Keuangan

KSSK: Fundamental Perekonomian Terkendali

Foto : ANTARA/Hafidz Mubarak A

Perry Warjiyo

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2018 secara keseluruhan relatif terjaga. Demikian juga dengan dinamika fundamental perekonomian masih pada kondisi yang terkendali yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terjaga, tingkat inflasi yang terkendali.

"Pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5 persen, inflasi rendah, cadangan devisa memadai, volatilitas rupiah terkendali, defisit APBN mengecil, bahkan keseimbangan primer lebih baik dari periode- periode sebelumnya," kata Anggota KKSK yang juga Menteri Keuangan, Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (1/11).

Menurut dia, potensi risiko utama yang patut dicermati masih berasal dari arah kebijakan pemerintah AS dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonominya yang berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia, khususnya mitra dagang utama AS seiring dengan memanasnya perang dagang akibat proteksionisme.

"Dari dalam negeri, potensi risiko masih berasal dari defisit transaksi berjalan yang terus melebar, nilai tukar yang terus tertekan, serta kebergantungan pada ekspor komoditas tertentu," kata Menkeu. Sebab itu, Otoritas Fiskal tambahnya berupaya meningkatkan kinerja APBN baik dari sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran.

Sampai dengan triwulan III 2018, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai 69,26 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63,53 persen. Sementara, realisasi belanja negara mencapai 68,11 persen, lebih tinggi dari capaian sebesar 64,45 persen pada tahun sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, defisit anggaran tercatat sebesar 1, 35 persen terhadap PDB, lebih baik dari defisit anggaran sebesar 2,00 persen pada tahun sebelumnya. "Dengan demikian outlook defisit anggaran pada akhir 2018 diperkirakan 1,83 persen terhadap PDB atau lebih rendah daripada target APBN 2018 sebesar 2,19 persen," katanya.

Jaga Rupiah

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, ke depan pihaknya akan lebih fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memastikan likuiditas di pasar keuangan cukup dan melakukan kerja sama internasional. "Perkembangan nilai tukar rupiah ada tekanan dari global, tapi relatif stabil dalam batas yang normal.

Depresiasi rupiah sekitar 10 persen (ytd), lebih rendah dibandingkan India, Brasil, Turki, Rusia. Tentu BI akan prioritas kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah," kata Perry.

Bl juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar ruplah maupun pasar valas. Terhitung sejak 1 November 2018 bank sentral memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

ahm/E-9


Redaktur : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top