Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kota-kota di Indonesia Tidak Punya Bentuk Jelas

Foto : ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Tangkapan virtual Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa saat memberikan sambutan dalam acara Sustainable Development Goals (SDGs) Center Conference 2024, di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan kota-kota di Indonesia itu amorf (tidak mempunyai bentuk yang jelas).

"Kota-kota di Indonesia ini menurut saya amorf. Kota-kotanya ituenggakada bentuknya. Kalau gitar itu kan ada bentuknya, gitar Spanyol gitu kan atau gitar listrik ada bentuknya. Kota-kota kita itu semakin hiruk pikuk dan semakin tinggi mobilitas penduduk di sana, dia semakin amorf," ujarnya dalam acara Sustainable Development Goals (SDGs) Center Conference 2024 yang dipantau secara virtual, di Jakarta, Rabu.

Dengan kota yang amorf, pembangunan sebuah kota tidak lagi didasarimasterplan, tetapi berdasarkan desakan-desakan ekonomi atau komersial.

Saat tahun 1980-an, Suharso menceritakan pertemuannya dengan pengusaha properti Ciputra yang hendak membangun Bumi Serpong Damai (BSD) City menjadi kota hijau.

"Tapi, 1997-1998 ketika ekonomi Indonesia terganggu, lalu (mayoritas saham) BSD (dibeli oleh perusahaan lain), saya bisa rasakan apa yang terjadi perubahannya, jauh dari angan-angannya beliau (Ciputra)," ujar Suharso.

Begitu pula dengan kawasan Pondok Indah yang dibangun oleh Ciputra dianggap telah amorf setelah tidak dikelola oleh pengusaha tersebut.

"Setelah pindah juga dari Pak Ci (Ciputra) itu amorf enggak jelas, bentuk pinggangnya itu di mananggakngerti saya. Gitar itu kan ada pinggangnya, lekuknya, jadi lekuknyaenggakkelihatan lagi," kata Menteri PPN.

Karena itu, apabila setiap universitas memilikiconcernuntuk membangun sebuah kota hijau, maka berbagai kota di Indonesia akan lebih baik lagi. Artinya, universitas di daerah masing-masing dapat terlibat dalam setiap penyusunanmasterplanpembangunan kota/kabupaten dengan mengedepankan prinsip SDGs.

Dengan begitu, capaian target-target SDGs lebih cepat terealisasi, mengingat adanya partisipasi publik dan keterlibatan dari para pemangku lainnya dalam proses pembangunan kota.

Suharso menganggap bahwa upaya membangun kota sejalan dengan SDGs 11, yakni menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan.

"Kalau universitas-universitas, yang ada arsiteknya palingenggak, di semua kota di Indonesia punyaconcernseperti ini, menurut saya kota-kota kita jadi cantik, baik, enak, dan dari satu kota ke kota itu ada temanya. Jadi, tidak semua kota itu harus menyerupai seperti 'Jakarta'," ujar dia pula.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top