Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Korona Berasal dari Peternakan Satwa Liar

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sampai sekarang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengungkap hasil temuannya selama kunjungan ke Tiongkok untuk mengungkap asal-usul virus SARS-CoV-2. Namun demikian, ahli ekologi penyakit EcoHealth Alliance yang menjadi anggota delegasi WHO ke Tiongkok, Peter Daszak, telah membocorkan sedikit informasi.

Dalam perjalanan ke Tiongkok, kata Daszak, tim WHO menemukan bukti baru bahwa peternakan satwa liar memasok hewan ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, di Kota Wuhan, Prov Hubei. Seperti dugaan pemerintah Tiongkok, peternakan satwa liar adalah jalur paling mungkin bagi virus korona sampai kota itu.

Peternakan satwa liar di wilayah Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar, adalah bagian dari proyek unik yang telah dipromosikan Tionkok selama 20 tahun. "Peternak mengambil hewan eksotis seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun, dan tikus bamboo. Mereka membiakkannya di penangkaran," kata Daszak kepada NPR.

Peternak membantu pemerintah memenuhi tujuan ambisius untuk menutup kesenjangan ekonomi desa-kota. "Tiongkok mempromosikan budidaya satwa liar sebagai cara mengentaskan penduduk perdesaan dari kemiskinan," kata Daszak.

Hasilnya, budidaya satwa liar Yunnan, kata Daszak, sangat sukses. "Pada 2016, mereka memiliki 14 juta orang bekerja di peternakan satwa liar. Itu industri senilai 70 miliar dollar AS," lanjut dia.

Kemudian, pada 24 Februari 2020, tepat ketika wabah di Wuhan mereda, pemerintah membuat perubahan total tentang pertanian. "Langkah Tiongkok saat itu sangat penting. Mereka mengeluarkan pernyataan menghentikan budidaya satwa liar untuk makanan," kata Daszak.

Peternakan Ditutup

Selanjutnya, pemerintah menutup peternakan dengan mengirimkan instruksi kepada para peternak tentang cara membuang hewan secara aman. Yaitu dikubur, dibunuh, atau dibakar agar tidak menyebarkan penyakit.

Peternakan ini, bisa jadi jembatan penyebaran korona melompat dari kelelawar ke hewan lain, kemudian ke manusia. "Saya pikir, SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di Tiongkok Selatan. Tampaknya seperti itu," ujar Daszak.

Alasannnya, pertama, para ahli virologi menemukan virus pada kelelawar. Binatang ini secara genetik, 96 persen mirip SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19. Kedua, peternakan tersebut membiakkan hewan yang diketahui membawa virus korona seperti musang dan trenggiling.

Alasan terakhir, selama misi WHO ke Tiongkok, tambah Daszak, tim menemukan bukti peternakan tersebut memasok ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut, Huanan, di Wuhan, tempat awal wabah Covid-19 terjadi. Pasar tersebut ditutup pada 31 Desember 2019, setelah muncul penyakit mirip pneumonia misterius yang kelak kemudian disebut Covid-19.

"Ada penularan besar-besaran di pasar itu," kata Linfa Wang, seorang ahli virus yang mempelajari virus kelelawar di Duke-NUS Medical School, Singapura. Bagian dari tim investigasi WHO ini mengungkapkan, setelah wabah di pasar Huanan, ilmuwan Tiongkok pergi ke sana dan mencari virusnya.

"Pada bagian hewan hidup, mereka memiliki banyak sampel positif," kata Wang. "Mereka bahkan memiliki dua sampel untuk diisolasi," ujarnya.

Dengan bukti-bukti tersebut, Daszak, Wang, dan tim WHO lain percaya bahwa peternakan satwa liar menyediakan saluran yang sempurna antara kelelawar yang terinfeksi virus korona di Yunnan dan pasar hewan Wuhan.

hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top