Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gelar Kehormatan

Komut Garuda Jadi Profesor Emeritus Keuangan

Foto : ISTIMEWA

PIDATO ILMIAH | Komisaris Utama Garuda Indonesia Jusman Syafii Djamal memberikan pidato ilmiahnya di hadapan civitas akademika Guangdong University of Finance di Guangzhou, Tiongkok, Selasa (20/3). Jusman menerima gelar Profesor Emeritus Keuangan dari kmapus ternama di Tiongkok khusus bidang keuangan tersebut.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komisaris Utama PT Garuda Indonesia, Jusman Syafii Djamal, mendapat gelar profesor emeritus keuangan dari Guangdong University of Finance, Tiongkok. Gelar ini diberikan seusai Jusman memberikan pidato tentang pentingnya masa depan Indonesia dan Tiongkok untuk memperhatikan secara serius kebijakan pembangunan sektor maritim melalui insiatif yang disebutnya sebagai Jalur Sutera Abad 21.

Penganugerahan gelar diberikan langsung oleh Rektor Guangdong University of Finance, Prof Yong Hemin, di aula Guangdong University of Finance, Guangzhou, Selasa (20/3).

Ikut menyaksikan pemberian gelar tersebut, di antaranya DirekturKerja Sama Internasional Guangdong University of Finance, Prof Liu Peifu, dan pimpinan universitas lainnya, serta sekitar seratus mahasiswa kampus tersebut.

Yong Heming dalam sambutannya mengatakan pemberian gelar ini merupakan penghormatan kepada Jusman atas pemikirannya dalam membantu memperkenalkan konsep stabilisasi situasi krisis keuangan Indonesia dengan memakai pendekatan stabilisasi aerodinamika pesawat terbang.

"Sumbangan pemikirannya penting dalam mempelajari dinamika keuangan internasional. Lebih dari itu adalah terbangunnya relasi yang kuat bagi kedua negara, terutama di bidang pendidikan keuangan," kata Yong dalam siaran persnya, Kamis (22/3).

Sektor Maritim

Sementara itu, dalam pidato ilmiahnya yang berjudul A Silk Road in The 21th Century: New Paradigm to Build Stronger Relationship Between The People of Indonesia and China, Jusman mengemukakan, kedua negara dapat memainkan peran yang lebih besar di kawasan dan global, dengan memberdayakan kembali sektor maritimnya dengan perspektif baru yang lebih luas guna menjawab tantangan gobal yang kian kompleks.

"Baik Indonesia dan Tiongkok harus memiliki keberanian dan kesanggupan untuk melindungi investasi, industri dan infrastrukturnya dari berbagai ancaman eksternal. Untuk bisa menjadi negara yang kuat di bidang ekonomi dan teknologi, tentu saja harus melihat sektor maritim sebagai kekuatan pendorong pertumbuhan yang efektif," katanya.

Jusman mencontohkan bagaimana kemajuan Tiongkok atas kebijakan One Belt One Road yang dijalankannya di lautan. Dengan pertumbuhan ekonomi maritim yang cepat dan optimalisasi industri maritimnya, akan menjadikan kawasan pantai sebagai fokus dari pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat memunculkan peningkatan ketahanan eksternal dan mempercepat pertumbuhan perusahaanperusahan, perpindahan personel dan juga keuangan di seluruh dunia.

"Dalam sejarahnya, Tiongkok memiliki jalur sutera yang menghubungkan Tiongkok dengan berbagai negara lainnya sehingga mampu membangun kebesaran negara di masa itu. Dalam terminologi baru saat ini Jalur Sutera dapat disebut sebagai One Belt and One Road dengan pendekatan hubungan internasional dan ekonomi serta kelautan yang serba baru," kata Jusman.

Inisatif One Belt and One Road serta Poros Maritim bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kerja sama yang didasarkan atas hubungan persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia. Hal itu tidak saja meningkatkan kesejahteraan kawasan, tetapi juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat, stabilitas dan keamanan kawasan dan memberikan sumbangsih terhadap perdamaian dunia.

"Secara historis, baik Indonesia dan Tiongkok telah membangun persahabatannya di lautan. Dengan adanya kebijakan Poros Maritim dari Presiden Jokowi dan One Belt One Road dari Presiden Tiongkok, Xi Jinping, maka kedua negara masuk dalam perspektif baru yang perlu ditindaklanjuti," pungkas Jusman. mza/E-3

Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top