Komunitas Ginjal Sehat Selalu Terus Memotivasi Para Penderita Ginjal Mendapat Akses Perawatan yang Optimal
Ketua GSS, Martin Budi Ilham (kedua dari kanan depan) dan dr Lukman Zulkifli Amin Sp.PD, FINASIM (empat kiri depan) disela-sela seminar dan buka bareng anggota GSS bersama Prodia di Kantor Pusat Prodia di Jakarta, Kamis (14/3)
Foto: istimewaJAKARTA- Komunitas Ginjal Sehat Selalu (GSS) terus memotivasi para penderita gagal ginjal untuk terus mendapatkan akses yang merata untuk perawatan dan praktik pengobatan yang optimal. Motivasi itu seiring dengan tema Hari Ginjal Sedunia yang diperingati setiap 9 Maret, yang pada tahun ini diperingati dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal.
Ketua GSS, Martin Budi Ilham disela-sela seminar dan buka bareng anggota GSS bersama Prodia di Kantor Pusat Prodia di Jakarta, Kamis (14/3) mengatakan pihaknya terus menginisiasi berbagai kegiatan seperti seminar agar pada penderita penyakit tersebut bisa mendapatkan informasi yang benar tentang cara penanganan dan perawatan yang optimal.
Selain kepada penderita, melalui kegiatan-kegiatan positif seperti seminar dan sharing pengalaman, diharapkan jadi langkah preventif bagi masyarakat untuk mencegah jumlah penderita penyakit ginjal tidak terus bertambah secara signifikan.
"Kalau dulu penyalit ginjal ini identik dengan orang tua yang berumur 70 tahun, sekarang banyak pula anak usia muda sudah dinyatakan sebagai penderita," kata Martin.
Melalui kegiatan-kegiatan dan sharing session kata Martin, jumlah anggota GSS terus meningkat dari hanya sekitar 600 pada Juni 2023 lalu, kini sudah mencapai 1.100 dari seluruh Indonesia.
Anggota GSS sendiri kata Martin terbagi dalam dua kategori yaitu GSS 1 yang dikhususkan bagi anggota yang sudah transplant ginjal dengan jumlah anggota pada 2023 lalu sebanyak 340 orang. Sedangkan, GSS 2 adalah mereka yang berminat untuk cangkok ginjal dengan jumlah anggota tahun lalu mencapai 267 orang.
GSS tambah Martin adalah group yang menaungi para pasien post transplant ginjal dan yang berminat cangkok serta masih hemodialisis (HD) atau cuci darah.
"Di GSS ini kita memberikan edukasi agar para anggota bisa merawat ginjalnya supaya awet dan tahan lama," katanya.
Martin mengatakan pihaknya juga aktif membimbing anggotanya melalui whats app group di mana banyak para senior yang bersedia berbagi informasi tentang pengetahuan dan pengalamannya, bahkan memberikan bantuan finansial untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
"GSS juga punya Forum Ginjal Sehat (FGS) yang setiap minggu menggelar GMeet dengan maksimal 6 peserta yang dibimbing 4 mentor, kemudian acara tatap muka dan diskusi secara online. Setiap tahun kami mengadakan seminar dan ramah tamah serta berbagi kasih termasuk membantu kaum dhuafa," kata Martin.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengimbau kepada para pasien gagal ginjal agar tidak terbujuk oleh berbagai rayuan pengobatan alternatif, karena hanya menghabiskan tenaga, pikiran dan biaya yang lebih mahal.
"Jadi banyak yang memanfaatkan kondisi pasien dengan berbagai tawaran supaya mereka yang gagal ginjal tidak perlu cuci darah. Jangan tergoda, sebaiknya kalau sudah mengalami gejala segera ke dokter dan jalani pengobatan secara medis," imbau Martin.
Gaya Hidup
Dalam seminar yang menampilkan pembicara dr Lukman Zulkifli Amin Sp.PD, FINASIM dan Leo Setiadi salah seorang transplan ginjal sejak 1980 memotivasi para anggotanya untuk terus semangat dan menjalani aktivitas secara terukur agar bisa membangkitkan energi yang positif.
"Usahakan tetap gerak, kalau bisa jogging, jalan kaki atau senam silahkan sesuaikan dengan kemampuan," kata Lukman.
Selain olahraga dan gerak, dia juga menekankan pentingnya pola hidup khususnya pola makan yang baik bagi anggota GSS. Mereka harus memahami kondisi tubuhnya masing-masing sehingga konsumsinya disesuaikan agar gizi tetap berimbang.
"Jadi makan harus seimbang, jangan terlalu banyak karbohidrat, tetapi diimbangi dengan protein," katanya.
Dia juga mengimbau agar mengenali kandungan dari makanan yang hendak dikonsumsi termasuk-buah-buahan, karena makanan sehat sekalipun belum tentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Harus Waspada
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI Eva Susanti mengatakan Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi, tapi justru pada umur 35 mulai menampakkan orang dengan usia produktif terjadi penyakit ginjal kronis, sehingga harus diwaspadai
Kemenkes RI pada tahun lalu juga melaporkan sebanyak 12 provinsi di Indonesia menempati posisi tertinggi angka kasus penyakit ginjal kronis.
"Angka kematian akibat ginjal kronis di Indonesia mencapai lebih dari 42 ribu lebih jiwa," kata Eva.
Kasus tertinggi di Indonesia ada di Kalimantan Utara, Maluku, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, NTB, Aceh, Jawa Barat, Maluku, DKI Jakarta, Bali, dan Yogyakarta.
Adapun prevalensi penyakit ginjal kronis pada umur lebih dari 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada 2018 berjumlah 739.208 jiwa, atau meningkat dari 2013 sebesar 2 permil menjadi 3,8 permil.
Berdasarkan kriteria usia, didominasi 65-74 tahun sebanyak 8,23 permil, usia 75 tahun ke atas 7,48 permil, 55--64 tahun 7,21 permil, dan 45--54 tahun 5,64 permil. Berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi laki-laki di wilayah perkotaan.
Sedangkan secara global, penyakit gagal ginjal kronis diyakini telah menyerang lebih dari 850 juta orang di seluruh dunia seperti dilansir dari laman World Kidney Day.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Vitto Budi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim