Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembiayaan Hijau - “Komodo Bond” Akan Didaftarkan ke Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura

"Komodo Bond" Direspons Positif

Foto : ICOM/AM IMF-WBG/M AGUNG RAJASA

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan (tengah) bersama Menkominfo Rudiantara (kiri) dan Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan keterangan di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10). Pertemuan itu akan membahas isu-isu yang berkorelasi pada kemajuan ekonomi Indonesia ke depannya.

A   A   A   Pengaturan Font

DENPASAR - Anggota Kelompok Bank Dunia, International Finance Company (IFC), untuk pertama kalinya menerbitkan surat utang berwawasan lingkungan atau green bond berdenominasi rupiah untuk pasar internasional (Komodo bond).

Obligasi tersebut menarik minat investor sehingga meraup dana dua triliun rupiah atau setara dengan 134 juta dollar AS.


Vice President IFC untuk Asia dan Pasifik, Nena Stoiljkovic, di sela-sela pertemuan tahunan IMF- Bank Dunia 2018 di Denpasar, Bali, menyatakan dana dari hasil penerbitan Komodo Bond akan digunakan membiayai program untuk mengatasi perubahan iklim.


Penerbitan green Komodo bond di pasar luar negeri berdenominasi rupiah, jelas Stoiljkovic, merupakan yang pertama dilakukan oleh bank pembangunan multilateral untuk investasi ke sejumlah proyek terkait perubahan iklim di Indonesia.

Animo yang kuat dari berbagai kelompok investor internasional, katanya, merupakan bukti meningkatnya ketertarikan akan investasi yang bertanggung jawab sosial di Indonesia.


Obligasi berwawasan lingkungan, atau obligasi hijau, berjangka lima tahun itu akan didaftarkan ke Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura, sehingga akan mendukung pasar mata uang lokal di Indonesia, dan mendanai obligasi berwawasan lingkungan pertama yang diterbitkan di Indonesia oleh klien IFC, yakni Bank OCBC NISP.


Hasil penjualan obligasi akan membiayai infrastruktur juga proyek-proyek yang mengatasi perubahan iklim, sesuai dengan prinsip-prinsip Obligasi Hijau (Green Bond Principles).

Menurutnya, penerbitan green Komodo bond ini menegaskan komitmen IFC untuk mendukung Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan.


"Obligasi ini memungkinkan kami untuk memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek-proyek ramah iklim di Indonesia. Kami bermaksud untuk mereplikasi dan meningkatkan skala dari model ini guna mengatasi tantangan iklim negara ini," jelasnya.


Vice President dan Treasurer IFC, Jingdong Hua, mengatakan obligasi hijau Komodo pertama berdenominasi rupiah untuk investasi iklim di Indonesia adalah tonggak penting bagi IFC dan bagi Indonesia.

Penerbitan obligasi juga membantu sektor swasta mengelola risiko valuta asing melalui pembiayaan dengan mata uang lokal, sekaligus menumbuhkan bisnis yang cerdas iklim.


Dukungan Global


Adrien de Naurois, EMEA Syndicate, BAMLmengatakan penawaran perdana Green IDR dari IFC secara tegas menetapkan kehadirannya di pasar Komodo yang akan tumbuh pesat, memanfaatkan stabilnya mata uang Rupiah saat ini dan paska pertemuan Bank Indonesia sehingga mampu mengumpulkan 2 triliun Rupiah untuk penawaran 5 tahun.


"Transaksi ini mendapat dukungan global yang kuat dan memungkinkan IFC untuk memaksimalkan jangka waktu dan besaran pinjaman yang dapat dicapai dalam kondisi pasar saat ini," kata de Naurois.


Kepala SSA DCM, JP Morgan, John Lee Tin, mengatakan, investor merespon positif terhadap transaksi Komodo Bond. Penerbitan obligasi diluar negeri berdenominasi valuta asing (eurobond) ini menghasilkan permintaan yang lebih besar dari yang ditargetkan.

Mengingat tingkat volatilitas di pasar negara berkembang, kelebihan permintaan pada transaksi ini merupakan keberhasilan yang besar.


Selain itu, IFC memperluas cakupan investor dari obligasi hijau menggunakannya sebagai peluang untuk menambah denominasi mata uang baru, dan dengan demikian menambah basis investor baru, yang memiliki kesadaran dampak petubahan iklim.


Kepala Global, Pasar Kredit, Standard Chartered Bank, Henrik Raber mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan solusi pembiayaan yang lebih hemat karbon di pasar utama. bud/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top