Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gemintang

Kolaborasi Teater Kekinian dengan Citarasa Indonesia

Foto : dok. Gemintang
A   A   A   Pengaturan Font

Teater Koma kembali menggelar pementasan terbarunya bertajuk Gemintang. Lakon yang merupakan produksi ke-153 dari Teater Koma ini diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Sejalan dengan namanya, Teater Koma terus menyajikan pementasan yang mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. "Dalam lakon terbarunya ini, Gemintang, Teater Koma ingin menyampaikan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan demi kemajuan sebuah bangsa," ujar Renitasari Adrian Program Director dari Bakti Budaya Djarum Foundation.

Selain mendukung pertunjukan, adapun program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak 150 pekerja seni teater, guru, dan mahasiswa di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan dapat memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat, khususnya yang belum pernah menonton pentas dari Teater Koma, sehingga mereka bisa menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang mendetail.

Gemintang sendiri mengisahkan tentang Arjuna, seorang astronom yang mengharapkan cinta Sumbadra. Namun ini bukanlah kisah cinta biasa. Di mana, Sumbadra adalah seorang alien bernama Ssumphphwttsspahzaliapahssttphph dan ia berasal dari planet Ssumvitphphpah, yang diceritakan jaraknya 12 miliar tahun dari Bumi.

Walaupun begitu, Arjuna mantap membawa Sumbadra untuk menemui keluarganya. Sementara itu, Wibowo, ayah Arjuna, adalah seorang tokoh partai yang menjadi anggota Dewan Rakyat. Ia juga seorang koruptor yang saat itu jejaknya sudah terlacak oleh pihak berwenang. Di saat yang bersamaan itulah, Arjuna datang memperkenalkan Sumbadra pada Wibowo sekeluarga.

"Lakon Gemintang terjadi di sebuah negeri di mana manusia sudah melupakan ilmu pengetahuan dan mengabaikan pendidikan. Lalu hanya bisa melakukan tindakan korupsi. Ketika kekuasaan dan kekayaan menjadi tujuan akhir, banyak orang yang rela melakukan segala cara untuk meraihnya. Apa yang terjadi ketika generasi muda mencoba memberontak, melepaskan diri dari jerat kebobrokan generasi sebelumnya. Inilah kisah manusia yang mencari cinta di negeri tanpa cinta," terang Nano Riantiarno, penulis naskah dan sutradara Gemintang.

Diharapkan dari pertunjukan ini, masyarakat dapat mengambil pesan moral yang ada. "Kami berharap agar pesan moral dalam lakon ini dapat tersampaikan dengan baik ke pada para penonton dan dapat menjadi sajian yang menghibur serta mengedukasi," harap Renitasari. Lakon Gemintang dipentaskan setiap harinya, mulai dari 29 Juni hingga 8 Juli 2018 mendatang.

Menjadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri

Selain ingin memberikan hiburan di tengah masyarakat, pentas Gemintang juga memberikan sebuah pesan bahwa teater masih berjaya di Indonesia. Masih sedikitnya orang yang mengapresiasi seni teater juga bisa menjadi salah satu faktor kurang berkembangnya minat masyarakat akan teater di Indonesia. Padahal, melalui teater, masyarakat dapat belajar banyak hal dengan cara yang menyenangkan. Mulai dari sejarah, pengetahuan umum, hingga pesan moral yang tidak tertulis dalam buku manapun.

Hal itulah yang mendasari Ratna Riantiarno selaku Pimpinan Produksi Teater Koma untuk mengenalkan teater kepada masyarakat, khususnya para millenial.

Ia mengaku ingin lebih menyebarkan virus cinta teater pada masyarakat Indonesia yang relatif belum terbiasa menonton teater. Selain memperoleh pengetahuan baru, penonton pun biasanya menjadi terhibur dengan pementasan yang dilakukan.

Ratna menggandeng Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk mengajak ratusan pelajar di ibukota untuk menonton pentas Gemintang yang ditulis dan disutradarai oleh Nano Riantiarno.

Lewat ajakannya ini, Ratna secara khusus ingin mengenalkan generasi muda pada salah satu bentuk kesenian yaitu teater sehingga dapat mengapresiasinya. Meskipun menonton teater memang belum menjadi budaya di Indonesia. Berbeda dengan negara-negara lain yang memang sejak sekolah dikenalkan teater sehingga menumbuhkan rasa tertarik akan hal itu sampai ia dewasa. "Teater Koma ingin jadi tuan rumah di rumah sendiri lewat edukasi," tutur Ratna.

Hadirkan Sesuatu yang Berbeda

Pada pagelaran pertunjukan terbarunya yang berjudul Gemintang, Teater Koma menghadirkan sesuatu yang berbeda. Selain kisah cinta antara manusia dengan alien, tersaji pula dekorasi instalasi set dengan multimedia guna mendukung cerita yang bertemakan futuristik tersebut.

"Virtual set menggabungkan instalasi set dekorasi dengan multimedia, kami juga dibantu dengan animator-animator dari Bandung," kata Idris Pulungan selaku penata artistik untuk pentas Gemintang.

Ia yang biasanya selalu menjadi pemain, kini dituntut untuk dapat menggambarkan megahnya alam semesta yang luas itu sebagai pengingat kecilnya bumi dan manusia yang berada di dalamnya. Tak hanya itu saja, Idris juga membawa suasana diskotik ke atas panggung Gemintang untuk menciptakan kondisi yang menggambarkan generasi muda masa kini.

Selain itu, tema modern yang diusung namun menggunakan nama-nama tokoh pewayangan seperti Arjuna dan Sumbadra, dapat mengkolaborasikan dengan baik pementasan teater kekinian dengan citarasa Indonesia.

Untuk musiknya sendiri, digarap oleh Fero Aldiansya Stefanus, penata musik yang sudah bergabung dengan Teater Koma sejak produksi di 2007. Berbeda dengan artistik yang futuristik nan megah dengan imajinasi tanpa batas, Fero melengkapi pertunjukan itu dengan musik yang cenderung sederhana. Hal itu dikarenakan ia ingin penonton dapat berimajinasi secara luas dan bebas mengenai apa yang dilihat dan didengarnya.

"Biar penonton berimajinasi dengan bunyi-bunyian itu sendiri," katanya. Pertunjukan berdurasi tiga jam dengan total kru 90 orang ini akan menampilkan Budi Ros, Ratna Riantiarno, Idris Pulungan, Salim Bungsu, Rita Matu Mona, Daisy Lantang, Dana Hassan, Suntea Sisca, Andhini Puteri, Ina Kaka, Bayu Dharmawan, Dodi Gustaman, Sir Ilham Jambak, Julung Zulfi, Sekar Dewantari, Bunga Karuni, Febri Siregar, Joind Bayuwinanda, Tuti Hartati dan Rangga Riantiarno. Pentas ini juga melibatkan anggota - anggota hasil rekrutan baru yang sebelumnya mengikuti program Pembekalan Anggota Teater Koma (PATEKO) pada awal 2018.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top