Kolaborasi Kunci Hadapi Bencana Iklim
Keterlibatan berbagai elemen dalam masyarakat menjadi penting untuk mengatas
JAKARTA - Kolaborasi lintas pemangku kepentingan atau stakeholder menjadi kunci utama menghadapi ancaman krisis air dan pangan global. Tanpa itu, negara-negara berkembang dan miskin tak akan berdaya menghadapi ancaman perubahan iklim.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menekankan dampak perubahan iklim terhadap negara berkembang dan negara kepulauan sangatlah besar. Data World Meteorological Organization (WMO), cuaca ekstrem dari 1971-2021 menyebabkan 11.778 bencana.
"Dampaknya ke negara berkembang dan kepulauan sangat besar dibanding ke negara maju," ujarnya dalam diskusi virtual terkait "Kolaborasi Global Antisipasi Dampak Krisis Air Dampak Perubahan Iklim" yang digelar FMB9 di Jakarta, Senin (16/10).
Disebutkan sekitar tujuh persen dari bencana menimbulkan kerugian 5 hingga 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara berkembang dan untuk negara kepulauan kecil 20 persen dari bencana menimbulkan kerugian 5 hingga melebihi 100 persen daei PDB.
"Yang dialami negara berkembang dan kepulauan jauh lebih berat dibanding yang dialami negara maju yang hanya alami kerugian 0,1 persen dari PDB," ungkap Dwikorita.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya