Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Perempuan Pendaki yang 10 Kali Capai Puncak Everest

Foto : AFP/PRAKASH MATHEMA

Perempuan Pendaki l Pendaki asal Nepal, Lhakpa Sherpa, memperlihatkan plakat sertifikat Guinness sebagai perempuan pemegang rekor terbanyak mendaki Gunung Everest saat berada di  Kathmandu  pada Mei 2016 lalu. Awal pekan lalu, Lhakpa Sherpa, memperbarui rekornya setelah ia berhasil mendaki Everest untuk ke-10 kalinya.

A   A   A   Pengaturan Font

Lhakpa Sherpa dilahirkan di sebuah gua di Nepal. Dia bekerja sebagai pesuruh dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Namun ibu tunggal itu kini memegang rekor pendakian terbanyak di gunung paling tinggi di dunia, Everest, lebih banyak dibandingkan perempuan lain. Pada Senin (25/4) lalu, dia berada di puncak untuk mengukuhkan rekornya.

"Saya semakin mendekati tujuan saya, mencetak sejarah dalam pendakian gunung. Sekarang saya sedang bersiap-siap mendaki Gunung Everest untuk yang kesepuluh kalinya," kata Lhakpa kepadaBBC, beberapa saat sebelum memulai pendakiannya.

Anak perempuannya yang sulung bernama Shiny, 15 tahun, telah berada dibase camp. Dia bersemangat menyaksikan kemajuan ibunya. "Saya mengagumi ibu saya. Dia memiliki banyak pencapaian, meskipun dia mengaku tidak melakukan apa-apa," kata Shiny.

Namun, kerja keras Lhakpa dan berbagai prestasinya itu belum bisa mendatangkan uang dan pengakuan, yang menurut banyak orang sudah sepantasnya dia dapatkan.

Lhakpa memulai hidupnya di salah satu desa di Pegunungan Himalaya, lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut. "Saya lahir di gua. Bahkan saya tidak tahu tanggal lahir saya," ungkap Lhakpa. "Di paspor, usia saya 48 tahun," imbuh dia sambil tertawa terbahak-bahak.

Lhakpa merupakan bagian dari kelompok etnis Sherpa, keturunan nomaden Tibet. Orang-orang Sherpa terbiasa hidup di dataran tinggi yang tidak bersahabat.

Pertanian adalah sumber mata pencarian utama bagi desanya, yang terletak di wilayah Makalu, Nepal Timur. Di desanya tidak ada listrik maupun sekolah. Namun, hal itulah yang justru menggerakkan Lhakpa.

"Saya tumbuh dewasa tepat di sebelah Everest. Saya bisa melihatnya dari rumah. Everest selalu menginspirasi dan menyemangati saya," ungkap Lhakpa.

Namun, masa transisi Lhakpa itu tidak mudah. Orang tua Lhakpa tidak mendukungnya. "Ibu saya mengatakan saya tidak akan pernah menikah. Dia memperingatkan saya akan jadi terlalu maskulin dan tak ada yang menginginkan saya," ucap dia. "Warga desa mengatakan kepada saya, bahwa mendaki gunung adalah pekerjaan laki-laki dan saya akan mati jika mencobanya,".

Lhakpa menepis kekhawatiran itu dan berhasil mencapai puncak tertinggi Everest pada 2000.

"Saya merasa seperti mencapai mimpi ketika sampai di puncak Everest untuk pertama kalinya. Saya berpikir, 'Saya bukan lagi ibu rumah tangga biasa!' Saya merasa seperti telah mengubah budaya Sherpa, status perempuan Sherpa dan perempuan Nepal. Saya menikmati berada di luar rumah dan saya ingin berbagi perasaan itu dengan semua perempuan," kata dia.

Pada 2003, ia menjadi perempuan pertama yang mendaki Everest tiga kali, dan rekor lainnya berhasil ia cetak setelah itu. Pada pendakian Everest 2003 lalu, Lhakpa pergi bersama saudara laki-laki dan perempuannya. Hal itu membuat mereka menjadi tiga bersaudara pertama yang mencapai ketinggian 8.000 meter secara bersamaan. Rekor dunia Guinness pun mengakui pencapaian mereka.

Kibarkan Bendera AS

Lhakpa kemudian menikah dengan pendaki kelahiran Rumania yang berbasis di AS, George Dijmarescu, dan sudah lima kali mendaki ke puncak bersamanya. Setelah menikah, Lhakpa pindah ke AS, tetapi pernikahannya berakhir dengan perceraian pada 2015.

Dia sekarang tinggal di Negara Bagian Connecticut, AS, bersama dua putri mereka. Dia juga memiliki seorang putra dari hubungan sebelumnya. Selama ekspedisi di awal-awal, dia mengibarkan bendera Nepal di puncak. Kali ini, dia membawa bendera AS.

Prestasi Lhakpa gagal menarik perhatian media dan sponsor. Selama bertahun-tahun dia hidup tanpa pengakuan dan bekerja dengan upah minimum.

Kondisi itu tidak memadamkan gairahnya. Dia mendaki dua kali sebagai pemandu dan dalam beberapa kesempatan, teman dan keluarganya membantu mendukung perjalanannya.

Lhakpa pun percaya pendakian gunung membantunya melarikan diri dari kehidupannya di desa. Secara finansial, segalanya mulai berubah setelah dia belajar berbicara bahasa Inggris dengan baik. Dia diwawancara dan berbicara di acara-acara.

Lhakpa mendapat sponsor ketika dia sudah sembilan kali mencapai puncak. Kali ini dia mengumpulkan uang melalui penggalangan dana.

Lhakpa tidak memiliki rencana untuk pensiun setelah musim ini. Dia ingin mendaki K2, puncak tertinggi kedua di dunia. "Saya memiliki kehidupan yang menantang. Gunung membuat saya bahagia dan tenang. Saya tidak akan pernah menyerah. Saya ingin para perempuan muda tidak menyerah. Mendaki gunung adalah hasrat saya dan inilah yang ingin saya lakukan," ungkap dia. BBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top