Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
#AsianAugust

Kiprah Asia di Industri Film Hollywood

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Setelah diawali kesuksesan film Asia-Amerika produksi Warner Bros, Crazy Rich Asians dan Netflix, To All The Boys I've Loved Before, Agustus lalu, membuat para fans di seluruh dunia merayakan apa yang Hollywood sebut sebagai #AsianAugust.

Pada malam debutnya yang berhasil meraup 18 juta dollar AS di Amerika Utara, Crazy Rich Asians berhasil meraih perhatian para penonton non Asia di negara adidaya tersebut. Tidak berhenti di situ saja, Crazy Rich Asians yang berhasil menjadi box office, dan menjadi film Hollywood pertama yang para pemainnya adalah orang Asia sejak 25 tahun lalu, saat film The Joy Luck Club meraih kesuksesannya pada 1993 silam.

Hal tersebut menurut Janet Yang, Executive Producer The Joy Luck Club, ini dapat menjadi awal baru untuk era di mana film Asia dapat masuk ke Hollywood. "Saya harap kita dapat melihat kembali saat ini dan berkata bahwa ini adalah ketika sesuatu telah berubah," kata Yang.

Meski begitu, banyak pula yang mengatakan film Crazy Rich Asians gagal merepresentasikan orang Asia sepenuhnya. Namun Aneesh Chaganty, sutradara, menyanggah hal tersebut bahwa untuk dapat memrepresentasikan suatu komunitas atau grup dalam skala besar adalah masalah kuantitas film.

"Crazy Rich Asians tidak membicarakan tentang seluruh komunitas Asia Amerika dan mereka juga tidak bertanggungjawab mengenai hal itu. Tapi bisa berbicara mengenai beberapa orang yang mungkin berhubungan dengan hal tersebut. Begitupun To All the Boys I've Loved Before, yang berbicara mengenai kelompok yang berbeda, dan untungnya film-film ini terus maju berbicara terus dan terus, tetapi intinya adalah kuantitas yang akan memecahkan masalah ini," jelas Aneesh.

Aneesh sendiri menyutradarai film dengan menggunakan pemeran Asia pada film terbarunya, Searching.

Sebelumnya, film garapan Disney Black Panther berhasil memecahkan rekor tahun ini dan membantu mendemonstrasikan kepada dunia dengan para pemainnya yang sebagian besar berkulit gelap. Film Asia memang hampir tidak terlihat sama sekali di Hollywood, selain film-film yang menampilkan martial arts.

Dalam sebuah survei yang dilakukan University of Southern California di film-film populer, mereka menemukan kurang dari lima persen karakter dalam film tersebut adalah orang Asia dan satu per tiga di antaranya merupakan karakter yang tidak memiliki dialog. Empat persen dari semua sutradara dari film-film tersebut merupakan Asia atau Asia-Amerika, dan hampir tidak ada sutradara Asia wanita pada sampel penelitian tersebut.

"Ini merupakan alasan paling besar Hollywood mengenai talenta Asia-Amerika karena belum ada box office yang dipimpin Asia-Amerika," kata Andrew Lee, produser film di Austin.

Menghargai Identitas

Crazy Rich Asians telah melebarkan sayapnya sejak tayang pertama kalinya bulan lalu. Berdasarkan novel laris karya Kevin Kwan, Crazy Rich Asians bercerita mengenai kisah pekerja New York keturunan Tiongkok Amerika bernama

Rachel Chu, yang dimainkan Constance Wu, profesor ekonomi di Universitas New York yang menerima ajakan pacarnya Nick Young, yang diperankan Henry Golding, untuk menemaninya terbang ke Singapura menghadiri pernikahan sahabatnya, sekaligus bertemu dengan keluarga Nick.

Nick sebelumnya hanya bilang pada Rachel bahwa keluarganya hidup dengan nyaman ketika ternyata mereka pergi menempati kursi kelas satu di pesawat. Setibanya di Singapura, Rachel pun mengetahui bahwa keluarga Nick ternyata kaya raya dan ia merupakan salah satu pria yang paling diinginkan wanita di Singapura.

Awalnya Rachel percaya diri, namun akhirnya ia merasa kesulitan untuk merasa cocok dengan keluarga Nick. Ia merasa seperti orang asing dan dipandang rendah oleh keluarga dan beberapa teman Nick termasuk tidak direstui ibu Nick yaitu Eleanor yang dibintangi Michelle Yeoh.

"Sangat menarik untukku mengenai perjalanan Rachel yang mana ia pergi ke sana dengan hati dan pikiran terbuka, namun ia di-bully," cerita Constance Wu.

Ia pikir tempat barunya itu akan menerimanya dengan hangat, lebih dari Amerika yang telah ia tinggali lama. Namun ternyata tempat barunya itu tidak lebih baik.

"Aku rasa itu percobaan yang bagus untuk Rachel menghargai asalnya dan juga menghargai identitas yang ia ciptakan di Amerika," tutur Constance.

Pengalaman yang Rachel rasakan bukan hanya untuk Asia Amerika saja, namun juga untuk seluruh orang yang tumbuh besar di daerah di mana budaya mereka tdak dominan, atau menjadi minoritas. Mendapat respon yang positif, Crazy Rich Asians pun telah tayang di Indonesia sejak 11 September 2018.

Perlu Interaksi Ayah-Anak

Searching merupakan film bergenre misteri dan thriller besutan Aneesh Chaganty yang membawa sineas Hollywood ke dalam format berbeda. Film yang rilis pada 31 Agustus 2018 ini menggunakan sudut pandang yang unik dalam penggambaran ceritanya, yaitu melalui desktop komputer dan layar smartphone.

Bercerita mengenai David Kim yang diperankan John Cho, seorang ayah yang mencari anaknya, Margot Kim, yang tiba-tiba saja menghilang.

David pun mencoba mencari tahu keberadaan Margot melalui rekam jejaknya di dunia maya hingga akhirnya ia mengetahui bahwa Margot menyimpan rahasia dan berbeda dari yang ia pikirkan dengan bantuan detektif Rosemary Vick.

Semenjak debutnya pada akhir Agustus lalu, film ini berhasil mengantongi 16,5 juta dollar AS dan mendapat respon yang positif.

Aneesh mengatakan film yang memiliki durasi 1 jam 42 menit ini adalah caranya untuk menceritakan mengenai segala hal bahwa ada sesuatu yang lain, yang tidak bisa diceritakan, yang harus dibenarkan.

"Yang kita harus jelaskan kenapa ada seseorang di film yang berbeda dengan yang lainnya. Biarkan film ini yang bercerita dan para karakter di film ini harapannya dapat merefleksikan semua orang yang tinggal di negara ini," katanya.

Selain itu, film ini juga mengajarkan pentingnya interaksi antara anak dan orang tua sehingga tidak mengalami kekosongan. Hal itu digambarkan oleh karakter Margot dan David yang merasa keduanya baik- baik saja, namun kurangnya interaksi antara anak dan ayah.

Margot memiliki masalah dengan hal kesukaannya, piano, yang juga salah satu hal yang ayahnya banggakan tentangnya. Namun, ia tidak bisa berterus terang karena ayahnya juga menutupi sesuatu.

John Cho yang sebelumnya populer lewat film franchise Star Trek merasa senang dengan film tersebut karena ia merasa Searching adalah salah satu bentuk dari masa depan, yang terbentuk dari mana kita berperilaku di masa lalu dan sekarang.

"Di masa depan kita berperilaku seperti ketika kita melewati saat ini, di mana kita berbicara mengenai representasi dan tidak perlu membicarakannya," ujar Cho.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top