Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kuliah Daring

Kinerja Rektor Asing di USA Akan Dipantau

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan memantau kinerja rektor asing asal korea, Jang Youn Cho, yang memimpin Universitas Siber Asia yang berbasis dalam jaringan (daring). Pemantauan akan dilakukan melalui Indonesia Cyber Educational (ICE) Institute.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir, mengatakan dengan pengawasan ini membuat sistem perkuliahan berbasis daring lebih terstandardisasi.

"Pasti ada pengasawan. Namanya ICE Insititute. Itu adalah modul dan sistem pembelajaran yang ada di dalam cyber atau yang online harus kita lihat apakah menuhi standar atau tidak," ujar Menristekdikti usai melantik pejabat di lingkungan Kemenristekdikti, di Jakarta, Kamis (29/8).

Ia menuturkan, ICE institute juga akan mengurus segala hal terkait kampus daring mulai dari perizinan pendirian, sampai sistem perkuliahan. "Pemantauan kampus daring ini, bersifat wajib," tambahnya.

Ia menegaskan setiap universitas berbasis daring, termasuk yang dipimpin rektor asing, jangan sampai seperti lembaga kursus biasa yang tidak mempunyai nilai tambah.

Kemenristekdikti, lanjutnya, juga berencana menyinkronkan ICE Institute dengan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) sehingga bisa menjamin data universitas tersebut.

"Nanti yang ICE Institute ini nanti ke depan juga akan terkoneksi dengan PDPT. Karena ini sifatnya online akan sangat spesifik. Maka, untuk sementara ini harus kita pisah, nanti kalau sudah established, baru kita akan koneksikan dengan PDPT," jelasnya.

ICE Institute didirikan atas dasar Peraturan Menristekdikti. Lembaga ini merupakan lembaga nonstruktural di lingkungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Pendirian ICE Institute berada di bawah Dirjen Kelembagaan, Kemenristekdikti dengan melibatkan beberapa perguruan tinggi, diantaranya Universitas Terbuka, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Semarang, Universitas Bengkulu, Institut Teknologi Sepuluh November, Pradita Institut, dan Universitas Bina Nusantara.

Tanpa Target

Nasir mengatakan untuk sementara rektor asing yang memimpin USA tidak diberikan target yang muluk-muluk. Selain perlu waktu untuk pengenalan lingkungan, target akan memberatkan mengingat USA sendiri baru berdiri.

"Kalau Rektor USA ini, saya mengenalkan dulu dan tidak masang target. Tapi, kalau yang sudah ada perguruan tingginya saya akan masang targetnya. Kalau universitas yang sudah lama dan sudah masuk 500 besar dalam lima tahun harus masuk 200 atau 100 besar," jelasnya. ruf/E-3

Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top