Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Skandal Korupsi

Ketua Komite Olimpiade Jepang Dituntut di Prancis

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Ketua Komite Olimpiade Jepang diwartakan pada Jumat (11/1) telah dituntut di pengadilan Paris, Prancis. Adapun tuntutan terhadap Tsunekazu Takeda, 71 tahun, menurut narasumber di badan peradilan Prancis adalah aktif melakukan korupsi yang berkaitan dengan pemberian penghargaan bagi penyelenggaraan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.

"Tsunekazu Takeda dituntut pada 10 Desember oleh hakim penyelidik yang mengusut dugaan suap senilai hampir 2,3 juta dollar AS yang dilakukannya sebelum Tokyo terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade," demikian pernyataan narasumber itu.

Dalam proses seleksi pemilihan tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade 2020 pada 2013, Tokyo berhasil mengalahkan Madrid dan Istanbul.

Takeda yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Penyelenggara Olimpiade 2020, sejak 2017 telah diperiksa oleh hakim Jepang yang mewakili pengadilan di Prancis. Hakim di Prancis mengangkat kasus korupsi ini karena laporan terjadinya pencucian dari dana suap itu di negaranya.

Menyikapi tuntutan dari Prancis itu, Takeda pada Jumat telah mengeluarkan bantahan telah melakukan suap terkait kemenangan penawaran Tokyo sebagai tuan rumah penyelenggara Olimpiade 2020.

"Saya siap bekerja sama dengan hakim dalam sesi persidangan awal di Paris kapanpun. Yang pasti saya sama sekali tak terlibat dalam segala bentuk pelanggaran seperti suap," kata Takeda. "Informasi atas tuntutan itu tak benar dan saya mau bekerja sama dalam penyelidikan demi membersihkan nama baik saya," imbuh dia.

Aliran Suap

Takeda adalah mantan atlet Olimpiade cabang olah raga berkuda kategori lompat rintang yang saat ini memimpin kampanye Olimpiade Tokyo dan juga seorang anggota Komite Olimpiade Internasional yang amat berpengaruh.

Pengadilan Prancis memulai penyelidikan skandal korupsi ini sejak 2016 yang terkait dengan pembayaran suap pada firma Black Tidings yang bermarkas di Singapura dan dimiliki Papa Massa Diack, anak laki-laki dari mantan ketua Federasi Internasional Asosiasi Atletik (IAAF) asal Senegal, Lamine Diack.Papa Massa Diack sebelumnya diduga kuat telah menerima suap jutaan euro, dalam bentuk kontrak sponsor maupun dari Rio de Janeiro dan Tokyo dalam persaingan sebagai tuan rumah Olimpiade 2016 dan 2020. Sejak Desember 2015, Papa Massa Diack masuk daftar pencarian Interpol, namun pemerintah Senegal menolak untuk mengekstradisinya ke Prancis.

Sementara Lamine Diack pernah menjabat sebagai ketua badan pengurus IAAF periode 1999 hingga ia ditahan di Prancis pada 2015 bersama 2 pejabat IAAF lainnya karena dakwaan telah menerima suap jutaan dollar AS demi menutupi kegagalan tes doping atlet Russia.

Pada Juni lalu, Lamine Diack juga dituntut karena memenangkan anaknya dalam negosiasi bagi sponsor dan hak penayangan di televisi.

Bulan lalu, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Macky Sall, telah mengajukan permintaan resmi agar Senegal mau bekerja sama dengan otoritas Prancis untuk menyelidiki skandal korupsi ini. Sayangnya permintaan ini ditolak oleh Kementerian Kehakiman Senegal. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top