Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sri Tanjung

Ketika Pahlawan Devisa Persembahkan Sendratari

Foto : dok. KBRI Seoul
A   A   A   Pengaturan Font

Sendratari mengenai legenda asal muasal Banyuwangi bertajuk Sri Tanjung sukses memukau Presiden Jokowi di sela-sela kunjungan kenegaraan di Korea Selatan (Korsel) pada Senin (10/9).

Bukan hanya karena faktor indahnya semata, namun pergelaran yang memadukan gamelan, tari, dan dialog dalam satu cerita utuh tersebut ternyata digagas dan ditampilkan bukan oleh seniman kawakan ibukota, namun oleh para tenaga kerja Indonesia atau yang kerap disebut Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Tanpa canggung, para pahlawan devisa tersebut terlihat piawai menari Jawa yang terkenal sulit dan bermain gamelan dengan lincahnya.

Sendratari yang mengusung legenda yang mendasari penamaan Blambangan menjadi Banyuwangi itu dibawakan secara apik oleh 30 WNI yang sebagian besar merupakan PMI yang tergabung dalam berbagai kelompok masyarakat lintas paguyuban di Korsel.

Tepuk tangan dan decak kagum kerap terungkap dari mimik Jokowi yang menikmati sajian tersebut dengan penuh antusias.

"Kami sengaja mempersembahkan Sendratari ini untuk Presiden Jokowi. Sejak saya mendengar bahwa Presiden akan ke Korsel, saya dan teman-teman sesama PMI berfikir apa yang bisa kami persembahkan. Setelah berdiskusi dengan teman-teman, kami memutuskan membuat Sendratari Sri Tanjung ini," ungkap Dimas, PMI yang menjadi sutradara di balik suksesnya pergelaran tersebut.

Sendratari Sri Tanjung dipersiapkan selama empat bulan penuh. Namun sebenarnya latihan hanya dapat dilakukan sekali seminggu. Tepatnya pada Sabtu malam seusai pulang bekerja. Latihan pun hanya bisa dilakukan di Kedutaan Besar RI (KBRI) Seoul yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Kota Ansan, tempat sebagian besar mereka tinggal. Hal ini karena gamelan dan tempat latihan hanya tersedia di KBRI.

Sering kali latihan pun baru bisa dilakukan di atas pukul 9 malam, setelah semua peserta berkumpul dan hilang letih usai bekerja di pabrik. Tak jarang mereka harus latihan hingga larut atau bahkan dini hari pukul 2 atau 3 subuh.

"Yang paling memakan waktu adalah penggarapan gamelannya. Sebelum komposisi musiknya benar-benar matang, tidak bisa dibuat koreografi tarinya," ungkap Sugiarto, pengajar gamelan KBRI Seoul yang turut membidani sendratari ini ketika menyoal tingkat kesulitan yang dihadapi.

Perjuangan dan Kesetiaan

Sementara itu Duta Besar (Dubes) RI Seoul Umar Hadi tak kurang mengungkapkan rasa bangganya terhadap karya PMI di Korsel tersebut. "Ini adalah bukti bahwa di manapun masyarakat Indonesia berada, mereka akan tetap menjunjung tinggi budayanya," ungkapnya.

Dubes Umar menambahkan, selain menjadi wadah para PMI di Korsel untuk berkreasi, kegiatan budaya ini merupakan salah satu realisasi dari Special Strategic Partnership antara Indonesia dan Korea Selatan terutama dalam hal promosi dan pertukaran budaya.

Kisah Sri Tanjung menggambarkan kesetiaan seorang istri kepada Sido Pakso, suaminya dan kesetiaan Sido Pakso kepada negaranya. Namun, karena hasutan dan perintah Prabu Sulakrama, Raja Sindurejo, Sida Pakso menjadi hilang kesadaran dan buta terhadap realitas kehidupan. Pesan yang ingin diangkat dari cerita ini adalah perjuangan dan kesetiaan.

Sendratari Sri Tanjung dipentaskan sebagai atraksi budaya pada jamuan santap siang Presiden RI dan Ibu Negara di KBRI Seoul.

Dari sekitar 38.000 masyarakat Indonesia di Korsel, terdapat 31 paguyuban kedaerahan. Selain itu, para PMI juga membentuk berbagai komunitas seni dan budaya seperti kelompok musik hadrah, Pencak Silat, Reog, Jaranan (kuda lumping), Campur Sari, Band Rock, Band Dangdut, Kelompok Tari, dll.

Bersama KBRI Seoul, berbagai kelompok seni dan budaya tersebut aktif melakukan pertunjukan untuk mempromosikan seni, budaya dan pariwisata Indonesia di Korsel serta untuk menumbuhkan pemahaman kepada masyarakat setempat mengenai keragaman dan keunikan budaya Indonesia.

Diganjar Ambassador Awards 2018

Pada kesempatan yang berbeda, dua CEO Perusahaan Korsel yang memperkerjakan PMI diganjar Ambassador Award 2018, menyusul seleksi yang sangat ketat oleh tim khusus yang terdiri dari perwakilan organisasi masyarakat Indonesia bersama KBRI Seoul. Penghargaan tersebut dihelat di Wisma Duta KBRI Seoul, beberapa waktu lalu.

Mr. Sohn Jong-man, CEO Buheung System, dan Mr. Choi Min-seok, CEO DK&D Co, dinilai berhasil dalam melindungi PMI yang bekerja di perusahaannya dan memberikan hak - hak mereka dengan baik, seperti memberikan gaji tepat waktu, memberikan fasilitas akomodasi dan konsumsi yang layak serta memberikan izin/cuti.

"Saya atas nama Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan ini kepada Mr. Sohn Jong-man dan Mr. Choi Min-seok yang telah memilih PMI dan memperlakukan mereka dengan baik," tutur Dubes Umar Hadi.

Selain diberikan kepada CEO terbaik, Ambassador Awards juga diberikan kepada PMI teladan versi Perusahaan, WNI Peduli Budaya/ Persatuan dan Diaspora Peduli WNI.

Saiful Ansori, PMI yang bekerja di perusahaan Byeolpyo Susaemi, Dangjin, Korsel, diganjar sebagai PMI teladan. Saiful yang dinominasikan majikannya ini telah menjadi inspirasi bagi puluhan ribu PMI di Korsel karena ketekunannya.

"Bekerja di Korsel adalah titik awal saya, namun masa depan saya tetap saya letakkan di Indonesia. Untuk itu saya selalu menabung dan memanfaatkan waktu saya yang tidak banyak dengan belajar," tegas Saiful.

Sementara itu penghargaan terhadap WNI Peduli Budaya/Persatuan jatuh kepada Soekaryadi, di mana dirinya gigih memperkenalkan kesenian Jaranan (Kuda Lumping) dan menyatukan berbagai elemen masyarakat Indonesia yang ada.

Kategori terakhir yaitu Diaspora peduli WNI jatuh pada Rima K Moedjiono. Satu - satunya wanita peraih Ambassador Award ini diganjar karena jasa - jasanya dalam membantu PMI di Korsel yang tengah menghadapi berbagai kesulitan.

Sementara itu, keterbatasan waktu dan tenaga dalam mendulang devisa tak menghalangi 9 PMI untuk meneruskan pendidikan yang lebih baik. Mereka berhasil menyelesaikan pendidikan di Universitas Terbuka (UT) Korsel dan dikukuhkan dengan prosesi wisuda bertempat di KBRI Seoul.

Wisudawan yang berhasil lulus dari jurusan Sastra Inggris dan Manajemen. "Saya bangga dan terharu kepada ke-9 PMI yang berhasil diwisuda hari ini. Perjuangan dan kegigihan mereka dalam bekerja, dan semangat serta konsistensi mereka dalam belajar telah mengantarkan mereka hingga lulus," ungkap Prof. Ojat Darojat, Rektor UT.

Dubes Umar Hadi yang turut mengukuhkan Wisudawan UT ini juga menyampaikan kegembiraannya.

UT Korea aktif berkegiatan sejak 2011 dengan inisiasi anggota Persatuan Pelajar Indonesia di Korea Selatan (PERPIKA). Pada 2014, UT Korea telah terdaftar secara resmi sebagai NGO di Korea yang memungkinkan UT Korea mendapatkan berbagai fasilitas dari Pemerintah Korsel.

purno widodo/R-1

--

Purno Widodo adalah Sekretaris Pertama KBRI Seoul bidang Penerangan Sosial Budaya dan Diplomasi Publik

Komentar

Komentar
()

Top