Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Program Pendidikan

Keterserapan Praktisi di Perguruan Tinggi Rendah

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Gamaliel Waney Kepala Program Praktisi Mengajar Kemendikbudristek

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kepala Program Praktisi Mengajar, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Gamaliel Waney, mengatakan, keterserapan praktisi di perguruan tinggi masih rendah. Persentasenya baru 10 persen dari jumlah praktisi dan praktisi ahli sebanyak 147,4 juta.

"Keberadaan praktisi di perguruan tinggi masih rendah. Baru 10 persen yang terserap di perguruan tinggi," ujar Gamaliel, dalam Silaturahim Merdeka Belajar, Jumat (24/6).

Dia membandingkan, jumlah keterserapan itu sangat rendah daripada negara lain. Dia mencontohkan, di Malaysia persentase keterserapannya sebanyak 26 persen.

Dia mengatakan, program praktisi mengajar mendorong agar praktisi dan perguruan tinggi berkolaborasi memberi bahan ajar kepada mahasiswa. Menurutnya, peran praktisi untuk memberikan gambaran dunia kerja yang nyata sangat penting.

"Jadi mudah-mudahan dengan program ini dapat meningkatkan keterlibatan praktisi di perguruan tinggi, kolaborasi dengan praktisi ini akan meningkatkan kompetensi mahasiswa," tandasnya.

Berbasis Masalah
Sementara itu, Direktur Sumber Daya, Direktorat Jendral Diktiristek, Kemendikbudristek, Sofwan Effendi, mengatakan keterlibatan praktisi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan. Mahasiswa diajak untuk mampu menyelesaikan permasalahan nyata.

"Ini yang kita namakan pembelajaran berbasis problem based learning, pembelajaran yang berbasis problem nyata di lapangan," jelasnya.

Dia yakin, dengan basis pembelajaran tersebut, mahasiswa akan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja ketika lulus. Menurutnya, pembelajaran yang diterima mahasiswa berasal dari dua sisi.

"Program ini membantu kami dalam melahirkan lulusan yang kurikulumnya disusun perguruan tinggi dan praktisi, yang mana satu memecahkan problem di kelas, dan yang satu memecahkan problem di lapangan," katanya.

Sofwan mengatakan keberadaan praktisi mengajar di kampus sangat penting. Praktisi dapat menjadi pelengkap afar mahasiswa mencapai kompetensi yang dibutuhkan. "Pengalaman belajar di kelas yang diampu dosen akan semakin lengkap, apabila diberi pengalaman praktis oleh profesional yang menggeluti bidangnya selama ini," terangnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top