Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan Ekonomi | Pertumbuhan Ekonomi Harus Dapat Capai 7-8 Persen secara Yoy

Kesempatan Keluar dari "Middle Income Trap" Hanya sampai 2035

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia tak punya waktu lama untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah. Kesempatan Indonesia untuk keluar dari middle income trap hanya sampai 2035.

Tim Asistensi Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Raden Pardede, menyatakan keunggulan bonus demografi atau jumlah penduduk berusia produktif di Indonesia hanya sampai 2035. Karena itu, dia meminta semua pihak untuk memaksimalkan peluang keunggulan bonus demografi ini sebaik-baiknya di sisa tahun yang ada.

"Kalau kita tidak bisa keluar dari middle income trap dalam 12-14 tahun ke depan, sebetulnya kita akan kehilangan kesempatan itu. Kita harus manfaatkan itu," kata Raden dalam acara bertajuk Regsosek Talk: Generasi Muda Membangun Negeri oleh Bappenas yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (31/10).

Lebih lanjut, dia memaparkan berbagai upaya yang dapat ditempuh oleh Indonesia untuk memaksimalkan bonus demografi, seperti yang berhasil dilakukan oleh beberapa negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, hingga Tiongkok.

Dia menyampaikan, pertama, menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan produktif melalui industrialisasi dan servisifikasi, di mana kualitas industri dan jasa harus dibarengi dengan perkembangan industri kreatif lainnya, seperti fashion, arts, kosmetik, dan servisifikasi.

"Harus ada kombinasi antara industrialisasi dengan pengembangan industri kreatif. Kalau kita lihat negara-negara yang keluar dari middle income trap, mereka selalu punya kombinasi itu," kata Raden.

Kedua, dia menyebut pertumbuhan ekonomi secara tahunan Indonesia harus dapat mencapai 7- 8 persen secara year on year (yoy), atau produktivitasnya meningkat hingga tiga kali lipat.

"Kita harus mampu bertumbuh 7- 8 persen (yoy) atau produktivitas kita harus tiga kali lipat dari sekarang, baru kita bisa keluar dari middle income trap. Hanya itu, tidak bisa kita berbisnis as usual, kita harus bekerja lebih keras dan anak muda kunci di situ," kata Raden.

Ketiga, peningkatan kualitas SDM, reformasi sektor pendidikan yang lebih egaliter, tidak fokus pada pemenuhan pendidikan dasar, melainkan sistem pendidikan yang production oriented, serta perbaikan sistem kesehatan.

Kemudian, keempat, program keluarga berencana sebagai upaya pengendalian jumlah penduduk untuk mengurangi mortalirty rate serta perbaikan struktur usia penduduk.

"Kesempatan kita tidak banyak, sampai 2035, kalau lewat dari itu akan sulit sekali. Itu yang dialami oleh Brasil dan Thailand, yang mungkin tidak akan keluar dari middle income trap," kata Raden.

Kinerja Pertumbuhan

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi saat ini belum pernah menyentuh kisaran level 7-8 persen. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2021 sebesar 5,02 persen (yoy), kemudian sebesar 5,01 persen (yoy) pada triwulan I-2022, serta sebesar 5,44 persen (yoy) pada triwulan II-2022.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memproyeksikan perekonomian Indonesia pada triwulan III-2022 akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan II-2022.

"Triwulan ketiga ini kami harapkan momentum pemulihan ekonomi masih akan kuat," ungkap Sri Mulyani dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat dan Berkelanjutan di Tengah Risiko yang dipantau secara daring di Jakarta, pekan lalu.

Pada triwulan ketiga tahun ini, Sri Mulyani pun melihat perekonomian domestik masih terus pulih, bahkan di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sebesar 30 persen pada awal September 2022.

"Meski BBM naik, di mana-mana masih macet dan permintaan konsumen serta keyakinannya pun masih sangat kuat," ucap dia.

Maka dari itu, dirinya menilai kondisi tersebut menggambarkan ekonomi Indonesia masih bullish, meski untuk membuat harga komoditas di dalam negeri stabil, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi peredam kejut atau shock absorber.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top