Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Makro - Waspadai Normalisasi Kebijakan The Fed

Kesempatan BI Naikkan Suku Bunga Acuan

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

>>Masih ada ruang bagi BI naikkan bunga acuan sebanyak 200 basis poin.

>>Mitigasi dampak kenaikan Fed Rate dibutuhkan kebijakan bunga BI yang pre emptives.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) sebaiknya segera menaikkan suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate di saat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuan untuk periode Agustus 2018.

Kesempatan BI menaikkan bunga acuan sebagai antisipasi terjadinya gejolak pasar di tengah kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan antara AS dan mitra-mitra dagangnya.

Selain itu, kenaikan bunga acuan BI juga diperlukan untuk menghadapi rencana The Fed pada September mendatang menaikkan Fed Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2 hingga 2,25 persen.

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan untuk memitigasi dampak kenaikan Fed Rate memang dibutuhkan kebijakan suku bunga BI yang pre emptives.

"Ruang pengetatan moneter BI pada bulan ini setidaknya masih bisa naik di kisaran 25-50 bps lagi," kata Bhima, di Jakarta, Kamis (2/8).

Memang, kata Bhima, di sisi yang lain BI juga diharapkan memperbanyak relaksasi moneter untk mendorong geliat pertumbuhan kredit. "Selain itu, mengurangi efek negatif kenaikan bunga acuan ke sektor riil," ujarnya.

Sebagai informasi, saat ini suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 1,75 persen-2 persen, sementara suku bunga acuan 7 day reverse repo rate sudah berada di level 5,25 persen. The Fed diperkirakan bakal mengerek bunga acuan hingga 3,25 persen selama dua tahun ke depan.

Sementara itu, mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, mengatakan kebijakan BI menaikkan bunga acuan sebanyak 100 basis poin dalam 2 bulan terakhir sudah tepat dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global.

Namun bank sentral tetap harus kembali menaikkan bunga acuan sebanyak 200 basis poin dalam dua tahun depan, untuk mengantisipasi gejolak yang ditimbulkan dari kenaikan Fed Fund Rate hingga tahun depan.

"BI sekarang sudah naik 100 bps. Berarti dia harus naikkan lagi sampai 200 bps in next two years," katanya. Menurut Chatib, langkah bank sentral menaikkan bunga acuan sebanyak 100 bps sudah cukup mampu mengantisipasi dampak kenaikan bunga acuan bank sentral AS yang pada tahun ini diperkirakan naik empat kali.

"Ini masih akan berlanjut. The Fed diperkirakan tahun ini menaikkan 100 bps, tahun depan juga demikian. Berarti dia harus antisipasi dengan naik 100 bps lagi. Front loading," katanya.

Sebelumnya, Kepala Grup Riset Makroprudensial Departemen Kebijakan Makro Prudensial BI, Retno Ponco Windarti, mengatakan peluang kenaikan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate akan tetap terbuka lebar, meski saat ini telah naik sebesar 100 basis poin menjadi 5,25 persen.

"Kebijakan kenaikan tersebut akan tetap mengacu pada kondisi ketidakpastian perekonomian global yang terus terjadi saat ini," ujarnya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution bersyukur Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuannya.

"Karena kalau dinaikkan bisa goyang lagi. Walau memang dari minggu lalu kita sudah mulai feeling Fed Rate dipertahankan, ," kata Darmins.

Darmin menuturkan, selain perang dagang, normalisasi kebijakan oleh The Fed juga patut diwaspadai dan bukan masalah sepele mengingat apa yang terjadi pada krisis di AS pada 2007-2008 lalu membuat AS melakukan kebijakan quantitative easing (QA).

"Saat ini AS terus berupaya agar dollar yang sudah beredar di seluruh dunia kembali ke AS. Caranya, Fed naikkan tingkat bunga, nanti akan mengalir dari semua negara dollar itu kembali," ujar Darmin.

BOE Naikkan Bunga

Sementara itu, Bank of England (BOE) akhirnya menaikkan bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,75 persen.

Sebelumnya BOE menaikkan bunga pada awal November 2017 sebesar 25 bps akibat tekanan inflasi Inggris yang membesar sebagai akibat pelemahan Sterling sebagai dampak Referendum Brexit.

BOE memprediksi PDB kuartal kedua 2018 Inggris naik 0,4 persen dibandingkan kurtal pertama, demikian pula kenaikan GDP kuartal ketiga diperkirakan di angka sama dibandingkan kuratal kedua.

Sementara inflasi tahunan diperkirakan 2,08 persen, naik dari proyeksi bulan Mei lalu yang hanya 2,04 persen. Seperti diketahui, The Fed pada Rabu (1/8) memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah di kisaran 1,75 hingga 2 persen.

Bank sentral AS itu mencatat bahwa pasar tenaga kerja AS terus menguat dan kegiatan ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat sejak para pembuat kebijakan bertemu pada Juni. Ant/ahm/AR-2

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top