Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bursa Komoditas

Kepercayaan Publik Harus Dibangun

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Lamon Rutten di Jakarta, Kamis (18/10) malam mengatakan bursa berjangka di Indonesia telah melewati periode yang cukup panjang, sehingga dengan negara yang kaya akan beragam komoditas, Indonesia memiliki peluang besar mengembangkan bursa komoditas jadi salah satu terbesar di dunia.

Menurut dia, perdagangan di bursa berjangka di Indonesia nilainya masih sangat kecil yakni 0,009 persen atau kurang dari 1 persen, padahal komoditas yang berasal dari Indonesia malah harganya banyak mengacu harga yang ditetapkan bursa komoditi luar negeri yang jauh lebih maju.

"Ini yang ironi, Indonesia penghasil banyak komoditas tetapi harganya ditetapkan oleh bursa negara lain yang justru tidak memiliki komoditi," kata Rutten.

Kondisi tersebut jelasnya merupakan tantangan yang harus diselesaikan jika ingin memajukan perdagangan komoditas di Indonesia, sehingga para petani lebih bersemangat untuk memacu produksi karena ada harga acuan yang lebih jelas.

"Tanpa bursa, ongkos transaksi tinggi, tanpa transparansi, maka pajak sulit sekali. Dengan bursa membuat semua masalah dalam ekonomi bisa diatasi," kata Rutten.

Selain itu, bursa yang maju akan banyak menampung pekerja. Dia mencontohkan ketika mulai bekerja Multi Commodity Exchange of India [MCX] pada 2003. Dalam delapan tahun menjadi bursa terbesar kedua dunia setelah Chicago.

Di India, katanya setiap hari sekitar 12 juta dollar AS transaksi dan dalam setahun sekitar 2 triliun dollar AS atau lebih besar dari pendapatan domestik bruto negara tersebut. Dengan lebih dari 1 juta transaksi per hari, maka sektor tersebut mampu menciptakan lapangan kerja kepada 1 juta karyawan.

Menurut dia, langkah utama yang diperlukan untuk terus mengembangkan bursa komoditas adalah membuat lebih transparan, sehingga mendapat kepercayaan dari investor. Selain itu, juga meningkatkan manajemen gudang yang memberi kepastian kepada buyer (pembeli).

"Sebelum ada bursa, petani di India banyak yang datang ke bank untuk mengajukan kredit tetapi bank di India tidak tertarik membiayai petani, tetapi setelah bursa berjangka berjalan enam tahun, lebih dari 8.000 juta dollar AS kredit disalurkan ke petani," katanya.

Clearing House

Negara-negara G20 juga papar Rutten, saat krisis 2008 lalu menyadari pentingnya clearing house yang bisa menyelesaikan banyak masalah. Dari 20 negara anggota G-20, 17 diantaranya sudah memiliki clearing house saat itu, hanya tiga negara yakni Argentina, Suriname dan Indonesia belum memiliki fasilitas tersebut.

Direktur Utama Indonesia Clearing House, Nursalam mengatakan ke depan pihaknya akan memberi layanan yang mudah, murah dan cepat kepada para pelaku bisnis, sehingga menimbulkan kepercayaan dari masyarakat.

"Kita akan bangun sistem clearing yang berstandar internasional agar kepercayaan publik makin meningkat," kata Nursalam.

bud/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top