Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kenya dan Tiongkok Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Belt and Road Initiative

Foto : ANTARA/Xinhua/Wang Guansen

Sebuah kereta rel listrik (electric multiple unit/EMU) Jalur Kereta Tiongkok-Laos melintasi jembatan utama di atas Sungai Yuanjiang di Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya, (3/12/2021). Jalur Kereta Tiongkok-Laos, proyek unggulan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), mulai beroperasi pada Jumat (3/12).

A   A   A   Pengaturan Font

Nairobi - Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative) Tiongkok mendominasi pembicaraan dalam pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Kenya William Ruto dan diplomat senior Tiongkok Wang Yi pada akhir pekan di State House di Nairobi.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada Sabtu itu, kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan kerja sama kedua negara terkait Belt and Road Initiative.

Belt and Road Initiative merupakan proyek pembangunan skala besar yang digagas Tiongkok pada 2013 untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan global dengan membangun infrastruktur seperti jalan raya, kereta api, dan pelabuhan di Asia, Eropa, dan Afrika.

Ruto menekankan Kenya memiliki kepentingan khusus terlibat dalam proyek tersebut untuk pembangunan jalan, terutama dalam kerangka Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC).

"Investasi di sektor ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di bawah Agenda Transformasi Ekonomi kami yang disusun dari bawah," ujarnya.

Ruto mengatakan Kenya ingin bekerja sama dengan Tiongkok untuk peningkatan infrastruktur jalan, Bandara Internasional Jomo Kenyatta (JKIA), dan pelabuhan Mombasa dan Lamu.

"Tiongkok akan mempertimbangkan area-area yang menjadi kepentingan prioritas pemerintah Kenya," kata Wang kepada Ruto setelah pertemuan itu.

Belt and Road Initiative menawarkan potensi bagi negara-negara Afrika untuk mengakses pasar baru, menarik investasi asing, dan mendorong peluang pembangunan.

Namun, prakarsa tersebut juga menimbulkan kekhawatiran tentang beban utang yang berkelanjutan dan kepastian apakah proyek-proyek yang dilakukan akan menguntungkan masyarakat Afrika secara berkelanjutan dan adil.

Ruto dan Wang Yi juga terlibat dalam diskusi yang mencakup pembangunan infrastruktur, perubahan iklim, teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan, keamanan dan berbagai bidang lain yang menjadi perhatian bersama, mendorong hubungan yang lebih erat antara kedua negara.

Wang diperkirakan akan mengunjungi beberapa negara Afrika, termasuk Nigeria dan Afrika Selatan menjelang KTT BRICS bulan depan di Johannesburg.

Afrika Selatan memegang keketuaan BRICS tahun ini. BRICS adalah kelompok yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, yang bertujuan untuk mengimbangi dominasi Barat yang dipimpin oleh AS.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top