Kenali Risiko Kanker Kepala dan Leher
kanker kepala dan leher
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Salah satu jenis kanker yang perlu diwaspadai meski kurang popular dibandingkan jenis lain adalah kanker kepada dan leher. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, di dunia tercatat lebih dari 900.000 kejadian baru kanker kepala dan leher.
Khusus untuk Indonesia data Globocan menyebutkan, terdapat 30.000 kanker kepada dan leher baru setiap tahunnya. Celakanya lebih dari 80 persen kanker didiagnosis dengan stadium lanjut.
"Pada kanker kepala dan leher, pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari faktor risiko," ujar Dokter Spesialis Onkologi Radiasi dr Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, pada edukasi virtual yang diadakan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), dan PT Merck Tbk, Selasa (27/7).
- Baca Juga: Aktivitas Fisik Perlambat Penurunan Kognitif
- Baca Juga: Pengembangan Teknologi Dalam Layanan Kesehatan
Tindakan pencegahan merupakan pendekatan utama pengendalian kanker yang paling penting dan paling efektif dari segi biaya, jika dibandingkan dengan tindakan pengobatan yang mahal. Semakin cepat kanker terdeteksi dan semakin cepat ditangani, maka semakin tinggi pulalah kesempatan untuk sembuh dan menghindari komplikasi lebih lanjut.
"Deteksi dini merupakan tatalaksana yang paling efektif yang penting untuk dilakukan dengan cara mengenali faktor risiko dan gejala kanker kepala dan leher sedini mungkin," ujar dia.
Terdapat banyak faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker kepala dan leher ini, seperti faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan. Pengaruh faktor genetik dapat dilihat pada kejadian jenis kanker tertentu, misalnya kanker nasofaring, lebih banyak terjadi di Asia dibandingkan di Eropa.
Faktor gaya hidup yang meningkatkan risiko kanker ini antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, makanan berpengawet ataupun higienitas mulut yang buruk. Faktor lingkungan yang dapat diamati anntara lain paparan bahan kimia dan radiasi pada daerah kepala dan leher, infeksi Human Papilloma Virus dan Epstein-Barr Virus.
Soehartati mengungkapkan, gejala-gejala kanker kepala dan leher adalah sakit tenggorokan, suara serak, ada benjolan di leher, sakit di bagian lidah. Selain itu terdapat sariawan atau adanya bercak merah/putih di rongga mulut atau lidah yang tak kunjung membaik, nyeri dan kesulitan menelan lama, serta mengalami hidung tersumbat dan keluar darah terus-menerus.
Pada kesempatan yang sama, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM menjelaskan, tatalaksana pengobatan kanker kepala leher dapat ditentukan berdasarkan kondisi pasien serta tingkat kegawatan kankernya.
"Pilihan terapi ditentukan berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap karakteristik tumor, komorbid yang diderita pasien serta profil toksisitas. Pilihan terapinya bervariasi mulai dari pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi target dan imunoterapi, atau bahkan kombinasi terapi," ujar dia.
Berita Trending
- 1 Pasangan RIDO dan Pramono-Rano Bersaing Ketat di Pilkada DKI Jakarta
- 2 Sekjen PDI Perjuangan Hasto Ingatkan Tambang Emas Rawan Disalahgunakan Pilkada Jember
- 3 Peduli Ibu-ibu, Khofifah Ajak Muslimat NU Melek Digital
- 4 Reog Ponorogo hingga Kebaya Bakal Jadi Warisan Dunia UNESCO
- 5 Pemprov DKI Siapkan Mobil Pompa di Area Cekungan Guna Atasi Genangan
Berita Terkini
- Cagub Banten Airin Minta Masyarakat Memilih Sesuai Hati Nurani
- Di Forum P20, Ketua DPR Angkat Isu Kelaparan Akibat Perang
- 10 Mahasiswa Finalis Kompetisi Esai Pertamina Siap Bersaing pada Penutupan 'Pertamina Goes to Campus'
- Gempa Guncang Karawang Dua Kali pada Jumat Dini Hari
- Inovasi BIG MIND Hadirkan Efek Positif Penguatan Kinerja