Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Kenaikan Suhu Satu Derajat Celsius Bahayakan 800 Juta Pekerja Luar Ruangan

Foto : PETER PARKS / AFP

Pekerja konstruksi meneguk air minum saat cuaca panas di Hong Kong, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Sebuah penelitian yang dipimpin Amerika Serikat, baru-baru ini menemukan hanya diperlukan pemanasan global sebesar 1 derajat Celsius lagi untuk menghasilkan panas yang sangat lembap dan akan membahayakan kesehatan dan membahayakan mata pencaharian ratusan juta pekerja luar ruangan di daerah tropis.

Dikutip dari The Straits Times, suhu bumi telah menjadi lebih panas rata-rata sekitar 1,1 derajat Celsius sejak masa pra-industri.

Menurut makalah yang diterbitkan di jurnal Cell Press One Earth pada awal Maret di tahun 2017, jika pemanasan ekstra sebesar satu derajat Celsius itu terjadi, sekitar 800 juta orang di daerah tropis akan tinggal di daerah di mana pekerjaan fisik yang berat menjadi berbahaya selama lebih dari setengah jam dalam setahun.

Konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2023 memperingatkan dunia belum berbuat cukup untuk menjaga pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri, sebuah tujuan penting dalam Perjanjian Paris.

"Lebih dari satu miliar pekerja di luar ruangan tinggal di daerah tropis, di mana hampir seperlima dari seluruh jam kerja dalam setahun cukup panas dan lembap sehingga melebihi ambang batas keselamatan yang direkomendasikan bagi pekerja yang bekerja keras," kata laporan tersebut, memperingatkan akan meningkatnya penyakit yang berhubungan dengan panas seperti seperti serangan panas dan penyakit ginjal kronis.

Penulis makalah ini menyerukan individu, komunitas, dan pemerintah untuk meningkatkan upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas pada pekerja luar ruangan di daerah tropis, termasuk mereka yang bekerja di bidang pertanian, konstruksi, kehutanan, dan perikanan.

Mereka juga menyoroti kesenjangan penelitian terkait dengan pekerja di luar ruangan dalam cuaca panas lembap, termasuk perlunya lebih banyak kerja lapangan untuk mengukur dampak panas dengan lebih baik untuk setiap sektor dan demografi pekerjaan di luar ruangan, karena faktor-faktor, seperti usia, kesehatan, dan kondisi kerja menentukan risiko setiap orang terkena tekanan panas.

Para penulis juga mencatat penelitian yang ada jarang menggali solusinya, yang berarti adaptasi pekerja terhadap panas masih belum diteliti.

Berbagai Sumber

Ke-15 penulis makalah tinjauan, berjudul Dampak Pemanasan pada Kesejahteraan Pekerja Luar Ruangan di Daerah Tropis dan Pilihan Adaptasi ini menyimpulkan terdapat bahaya tambahan bagi 800 juta orang di daerah tropis setelah mempelajari data dari berbagai sumber termasuk dari sumber terbaru. statistik cuaca dan model iklim.

Daerah tropis sebagaimana didefinisikan dalam makalah ini adalah wilayah yang berada dalam jarak 30 derajat utara dan selatan Khatulistiwa, yang meliputi gurun kering, wilayah pesisir yang dipenuhi hutan bakau, dan hutan tropis di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Terdapat kelembapan tinggi di area yang diperiksa, sehingga bekerja dalam kondisi yang berkeringat, lengket, dan tidak nyaman secara termal merupakan kenyataan bagi pekerja di luar ruangan.

Kelembapan dan panas adalah kombinasi yang mematikan karena tingginya kelembapan di udara membuat keringat sulit menguap dari kulit, yang merupakan mekanisme utama tubuh untuk mendinginkan tubuh.

"Dalam kondisi panas yang sangat lembap, berkeringat menjadi tidak efisien, dan seseorang harus berkeringat lebih banyak untuk mendapatkan panas yang sama," kata Yuta Masuda, Direktur Sains di Paul G. Allen Family Foundation di Seattle, yang memimpin makalah tinjauan tersebut.

Dia menambahkan betapa berbahayanya kondisi ini (bagi mereka yang terkena dampak) bergantung pada lingkungan, tingkat aktivitas, pakaian, faktor pribadi, status aklimatisasi panas, dan infrastruktur pelindung.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top