Kemunduran Akibat Serangan
Dengan kemerosotan Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 M, kota ini sempat jatuh di bawah kendali bangsa Vandal.
Leptis Magna bersama dengan Sabratha dan Oea, merupakan bagian dari provinsi Romawi Tripolitania (Libia barat modern) dan kota tersebut dijadikan ibu kota provinsi tersebut oleh Kaisar Diocletian (memerintah 284-305 M). Namun, seiring berjalannya abad ke-4 M, kota tersebut semakin menderita akibat serangan oleh suku-suku Afrika utara.
Kota tersebut telah membangun benteng sejak tahun 69 M untuk menangkal serangan oleh suku Berber Garamantes, tetapi pada tahun 365 M Leptis Magna dihancurkan oleh suku Berber Austuriani. Nasib wilayah tersebut membaik pada abad ke-6 M ketika Kekaisaran Bizantium menaruh minat yang lebih besar di Afrika utara, tetapi kepentingan ekonomi kota tersebut kini jauh berkurang dan, sebagai akibatnya, ukuran Leptis Magna pun ikut berkurang. Wilayah perkotaan yang menyusut hingga hanya seluas 38 hektare saja, yang sisa-sisanya dilindungi oleh tembok pertahanan dan masih dapat dilihat hingga kini.
Selama periode Romawi, kota ini diberi status civitas libera et immunis, yang memungkinkan penduduknya untuk hidup relatif mandiri di bawah kekuasaan suphetes asli mereka. Leptis Magna kemudian dimasukkan ke dalam Provinsi Romawi Afrika oleh Kaisar Tiberius, dan berkembang menjadi salah satu pusat kota utama provinsi dan pusat perdagangan dengan seluruh Mediterania dan kota-kota sekitarnya.
Dengan kemerosotan Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 M, kota ini sempat jatuh di bawah kendali bangsa Vandal, hingga direbut kembali oleh Kaisar Justinian I dari Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 533/4 M.
Pada abad ke-6 M, wilayah Bizantium di seluruh Afrika diserbu selama penaklukan Muslim di Maghreb, yang mengakibatkan Leptis Magna menjadi reruntuhan yang terbengkalai. Selama berabad-abad, kota ini menjadi tempat penjarahan kolonial Inggris dan Prancis.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya