Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Inovasi dan Teknologi

Kementan Catat Royalti Inovasi Pertanian Rp4,6 M

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) mencatatkan royalti sebesar 4,6 miliar rupiah yang didapat dari 36 perusahaan swasta untuk penggunaan inovasi dan teknologi pertanian unggul seperti benih, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian yang dikutip di Jakarta, Minggu (7/11), perolehan royalti tersebut berasal dari mitra lisensi 12 perusahaan yang menggunakan jagung hibrida HJ 21 Agritan sebesar Rp1,3 miliar, penggunaan jagung hibrida JH 37 di dua perusahaan sebesar Rp832 juta, penggunaan jagung hibrida 29 yang digunakan sembilan perusahaan sebesar Rp761 juta, dan rice transplanter jajar legowo sebesar Rp591 juta yang digunakan di empat perusahaan.

Selain itu, ada juga jagung hibrida JH 27 yang digunakan satu perusahaan sebesar Rp262 juta. Jagung Bima 9 URI sebesar Rp178 juta, penggunaan ecalyptus sebesar Rp160 juta, jagung bima 20 URI Rp125 juta, jagung hibrida batara 14 sebesar Rp97 juta dan lain-lain dari 17 perusahaan sebesar Rp306 juta.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa perolehan royalti ini didapat dari hasil temuan para peneliti dan perekayasa Balitbangtan selama 2021. Selanjutnya, mentan akan menyerahkan royalti kepada institusi dan para inventor Kementan.

"Ini adalah suatu hal yang membanggakan, karena kita telah menghasilkan banyak teknologi yang bernilai kekayaan intelektual yang sudah diadopsi oleh dunia usaha," kata Mentan Syahrul saat membuka Agro Inovasi Fair 2021 di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) Bogor, Jawa Barat.

Menurut Mentan, saat ini masih ada 33 hasil penelitian Balitbangtan yang akan didaftarkan untuk hak paten, hak cipta, merek atau hak varietas tanaman (Hak PVT). Karena itu, ujar Mentan, peran Balitbangtan sangat penting terutama didalam pengembangan pertanian.

"Kalau tidak ada litbang bagaimana kita mau makan. Itu bibit bagus, tapi kalau dua atau tiga tahun tidak dilakukan pemulihan maka hasilnya itu menurun . Ke depan saya berharap ini tidak hanya lisensi, tapi harus dijabarkan dan dikembangkan lebih masif lagi," katanya.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menambahkan bahwa secara total, Balitbangtan telah mendaftarkan HKI sebanyak 881 teknologi, dan 580 diantaranya sudah mendapatkan sertifikat dan siap dioperasikan. SEJAHTERA


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top